Langsung ke konten utama

Dididik dengan Telaten oleh Mantan Aktivis


Sudah tidak dapat dipungkiri bahwa berproses di organisasi sangatlah menambah banyak nilai lebih. Meskipun banyak orang yang acuh tak acuh atau mengatakan bahwa organisasi itu hanya buang buang waktu saja. Sikap dan perkataan itu tentu bisa dibilang terlalu terpikirkan setengah setengah atau memang orang yang mengatakan itu para akademisi bukan aktivis organisasi.

Sejak MA, saya juga termasuk orang yang aktif di keorganisasian sekolah seperti halnya OSIS. Mungkin pada waktu itu, osis menjadi satu-satunya yang saya geluti dan dari sanalah saya banyak menyerap pelajaran dan pengalaman berharga. Tentu hal ini tidak lepas dari adanya bimbingan yang sangat telaten dari pembina osis tercinta, Nur Azizah, SE.

Bu Azizah ini adalah salah satu guru alumni UIN Sunan Ampel Surabaya. Beliau ini juga termasuk mahasiswa aktivis. Terbilang pernah aktif di PMII, LPM Arrisalah, dan IPPNU. Tentunya beliau sudah banyak pengalaman di berbagai organisasi yang diikuti tersebut. Sehingga tidak heran jika saya juga kebagian dari hasil keaktifannya di organisasi seperti sangat telatennya mengurusi anak anak osis termasuk saya.

Saya selalu dikasih semangat bahwa "saya bisa". Ketika saya disuruh dan mengatakan tidak bisa, beliau selalu meyakinkan juga sering membuatkan cara agar saya bisa dengan mudah mengerjakan berbagai tugas. Hal itu semua baru dapat saya rasakan manisnya ketika saat ini saya sudah lulus, diluar pengawasan dan didikannya.

Meskipun saat ini saya bukan lagi anak didiknya, saya masih bahkan sering minta saran atau pendapat mengenai keseharian saya. Malam ini pun, saya sedang meminta saran dan pendapatnya. Beliau ini sangat baik dan mau mengurusi anak didiknya dengan baik, sehingga saya tetap belajar kepadanya.

Beliau selalu mengatakan, "Dalam proses, gak ada yang namanya lebih mahir, lebih unggul, tapi yang mau untuk belajar. Selama ada kemauan untuk terus belajar, kamu juga pasti semahir mereka yang kamu anggap mahir". Beliau mengatakan ini karena saya lagi curhat mengenai sikap saya yang tetap saja penakut atau sering nervous tidak percaya diri.

Jika dipikir-pikir memang benar sekali. Tidak ada gunanya pintar jika berhenti berproses dan tidak ada masalah bodoh tapi terus berusaha. Karena, tuhan menyuruh hambanya untuk terus berusaha tanpa takut gagal.

Tidak kalah pentingnya adalah beliau yang selalu mengatakan untuk selalu bijak dalam memanage waktu. Menurutnya, waktu sangatlah penting sehingga kita dituntut untuk mengaturnya. Jika waktu sudah dikuasai dengan baik, punya skala prioritas, maka segala kegiatan dapat dikerjakan dengan baik tanpa ada kata telat.

Sikap ketelatenannya terhadap saya dan juga kepada anak didiknya yang lain adalah mengajarkan agar kita selalu percaya diri dan tidak takut mencoba. Kita tidak boleh merasa bisa tetapi ketika kita ditawarkan dan dipercaya, kita harus selalu siap. Dawuh beliau, "Kalau mereka saja berpikiran kamu bisa, masa kamu sendri meragukan kemampuan diri kamu sendiri". Hal itulah yang selalu membangkitkan saya untuk terus berusaha dan mencoba.


Penulis: Ar

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Strategi komunikasi dalam membangun jaringan (berpikir strategis dan bertindak taktis)

  Perjalanan panjang dalam dunia kampus, banyak orang yang mengikrarkan dirinya sebagai mahasiswa, tentu tidak akan lepas dengan berbagai persoalan, baik internal maupun eksternal. Faktor internal bisa dikategorikan dengan kurang keberanian pada diri sendiri, keluarga yang kurang mendukung, dan lingkungan yang kurang bersahabat. Sedangkan eksternal bisa terjadi pada semua   persoalan yang ada dalam dunia akademik, seperti kurang respect terhadap orang baru, sulit mencerna dunia luar, dan lain sebagainya. Persoalan yang sedemikian banyak, sudah tidak bisa dihitung dengan jari, ternyata cukup mampu ditepis dengan keaktifan di organisasi. Kehadiran organisasi sebagai salah satu pilihan bagi mahasiswa untuk mengembangkan dirinya, sudah tidak perlu diragukan. Mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, mucul banyak organisasi dengan latar belakang kemunculan dan tujuannya, diperkenalkan kepada kita sebagai elemen dari instansi pendidikan tersebut. Di era sekarang, yang penu

Catatan untuk seorang perempuan yang berani berdiri diatas kakinya sendiri

Kartini, sosok perempuan hebat masa lalu Nama dan perjuangannya adalah sesuatu yang baru Perempuan cerdas dalam pusaran orang-orang yang tidak tahu Bergema, menentang budaya dan aturan yang kaku   Jiwanya memberontak terhadap sejarah yang mulai membeku Berdiri dan berlari, melawan arus untuk lebih maju Semuanya merupakan warisan besar untuk perempuan abad 21 Untuk itu, sebuah refleksi, apakah kita mampu untuk meniru   Perempuan abad 21, harus banyak memberi kontribusi Di kala semua orang terpaku pada ajaran yang sudah basi Perempuan layaknya kartini yang selalu menginspirasi Cahaya terang untuk semua kalangan lintas generasi Ia yang tidak mudah untuk didominasi oleh para laki-laki   Karya, adalah modal utama perempuan masa kini Cerdas dan visioner adalah sebuah visi Akhlakul karimah sebagai penunjang untuk lebih mumpuni Menuju perempuan berdaya dan mandiri yang punya harga diri Layaknya seorang ibu bernama kartini   Wahai para kartini baru, j

Perjuangan Perempuan Di Ranah Domestik Dalam Pandangan Feminisme Eksistensial Simone De Beauvoir

simone de beauvoir Perjuangan perempuan untuk menuntut hak-hak mereka sebagai manusia seutuhnya merupakan perlawanan terhadap pembagian kerja yang menetapkan kaum laki-laki sebagai pihak yang berkuasa dalam ranah publik. Maka dari itu, munculah feminisme sebagai gerakan sosial yang pada mulanya berangkat dari asumsi bahwa pada dasarnya kaum perempuan ditindas dan dieksploitasi, di mana melaluinya pula (feminisme) perempuan berusaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut. Feminisme menyoroti politik seksualitas dan domestik baik pada level personal maupun level publik. Gerakan perempuan secara perlahan tumbuh menjadi suatu kekuatan politik yang besar, menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika Utara, dan kemudian melahirkan aliran feminis radikal yang memperjuangkan aspirasinya melalui jalur kampanye serta demokrasi untuk membangun ruang dan kebudayaan perempuan. Selanjutnya, feminis sosialis lebih menekankan pada pembangunan aliansi dengan kelompok-kelompok dan kelas-kelas t