Langsung ke konten utama

Bingungnya Mahasiswa KPI, Sarasehan Menjawabnya

Prodi KPI adalah prodi yang jarang dikenal oleh kebanyakan masyarakat atau mahasiswa sehingga prodi kpi ini termasuk dalam salah satu prodi yang minoritas di berbagai PTAI di seluruh Indonesia. Jangankan orang lain, mahasiswa prodi kpi sendiri terkadang masih banyak yang kebingungan akan prodinya.

Pada prodi kpi, ada organisasi yang sudah cukup dikenal yang dibentuk pada 2009 yakni Forkomnas KPI. Forum Komunikasi Mahasiswa Nasional Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam atau yang sering disingkat Forkomnas KPI adalah organisasi yang bertaraf Nasional dalam mewadahi prodi KPI di PTAI seluruh Indonesia.

Dalam hal itu, untuk mengobati rasa kebingungan seperti disebutkan diatas, maka pada perhelatan Kongres VI Forkomnas KPI di Hotel Bumi Kitri Bandung turut dicantumkan acara Sarasehan. Sarasehan ini bertujuan untuk membahas mengenai masalah-masalah terkait forkomnas kpi dan di prodi kpi sendiri. Lain dari hal itu, tentunya juga untuk memberikan pemahaman kepada para peserta baru di forkomnas atau mahasiswa baru kpi yang masih saja dalam keadaan bingung dan penasaran akan forkomnas kpi.

Sarasehan ini dihelat dengan menghadirkan senior atau alumni dari forkomnas kpi. Seperti halnya Rizal dan Anwar Aziz sebagai mantan Ketum PP Forkomnas KPI. Ada Hari sebagai mantan Sekjend PP Forkomnas KPI dan Ibnu Yahya sebagai Ketua Umum PP Forkomnas KPI 2017-2019. Dari merekalah, dalam sarasehan ini diharapkan mampu memberikan pemahaman kepada para mahasiswa kpi yang hadir dalam acara tersebut.

Dari 54 kampus yang hadir dalam acara tersebut, ada banyak keluhan-keluhan yang disampaikan. Ada banyak harap dari para mahasiswa kpi kepada para senior di forkomnas untuk bisa memberikan mereka obat dalam mengobati kebingungan dan rasa penasarannya.

Untuk para mahasiswa yang baru tergabung di forkomnas kpi, ada harapan dan pesan dari Ibnu Yahya sebagai Ketum Pp Forkomnas Kpi untuk bisa bergabung dalam keadaan cinta kepada forkomnas kpi. Karena menurut Ibnu, jika sudah datang dan bergabung di Forkomnas dalam keadaan cinta, kita akan dapat menemukan kenyamanan, ilmu bermanfaat dalam bertukar pikiran dengan kampus lain, tentunya relasi yang semakin luas.

Hadir dalam keadaan cinta, menurut Ibnu juga butuh untuk berangkat dalam keadaan hati yang ikhlas, waktu yang luang dalam benar-benar tidak ada paksaan, sehingga akhirnya mempertemukan dalam modal utama yakni penuh cinta akan forkomnas kpi.

Lebih jauh, Ibnu memaparkan bagaimana asyiknya ikut forkomnas kpi dengan penuh cinta. Meskipun dalam segala dinamikanya, seperti kecewa, beda pemahaman, dan lain sebagainya, tetapi hal itu mampu membuat diri sendiri dalam mengatur ego untuk lebih bijaksana dalam menghadapi berbagai perbedaan pendapat tersebut. Karena segala dinamika tersebut tentu tidak dapat dipisahkan dalam organisasi, melihat para pengurus maupun anggotanya yang terlahir dari berbagai daerah di Indonesia.

Rizal sebagai mantan Ketum PP Forkomnas Kpi juga turut memberikan pengalamannya kepada para peserta sarasehan. Rizal mengungkapkan bahwa dirinya juga pernah merasakan apa yang dirasakan oleh mahasiswa kpi sekarang. Seperti kebingungan akan prodinya dan berbagai masalah-masalah lainnya.

Rizal memberikan pencerahan agar para mahasiswa kpi tidak perlu minder meskipun katanya prodi kpi itu adalah prodi yang gak jelas maupun ada yang mengatakan "niat gak sih buat prodi kpi?". Yang terpenting, harus bisa saling terus bersama-sama dalam segala dinamikanya dan segala ketidak jelasannya untuk memberikan warna baru sehingga juga mampu bersaing dan berkontribusi bagi agama, bangsa, dan negara. (Ar)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Strategi komunikasi dalam membangun jaringan (berpikir strategis dan bertindak taktis)

  Perjalanan panjang dalam dunia kampus, banyak orang yang mengikrarkan dirinya sebagai mahasiswa, tentu tidak akan lepas dengan berbagai persoalan, baik internal maupun eksternal. Faktor internal bisa dikategorikan dengan kurang keberanian pada diri sendiri, keluarga yang kurang mendukung, dan lingkungan yang kurang bersahabat. Sedangkan eksternal bisa terjadi pada semua   persoalan yang ada dalam dunia akademik, seperti kurang respect terhadap orang baru, sulit mencerna dunia luar, dan lain sebagainya. Persoalan yang sedemikian banyak, sudah tidak bisa dihitung dengan jari, ternyata cukup mampu ditepis dengan keaktifan di organisasi. Kehadiran organisasi sebagai salah satu pilihan bagi mahasiswa untuk mengembangkan dirinya, sudah tidak perlu diragukan. Mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, mucul banyak organisasi dengan latar belakang kemunculan dan tujuannya, diperkenalkan kepada kita sebagai elemen dari instansi pendidikan tersebut. Di era sekarang, yang penu

Catatan untuk seorang perempuan yang berani berdiri diatas kakinya sendiri

Kartini, sosok perempuan hebat masa lalu Nama dan perjuangannya adalah sesuatu yang baru Perempuan cerdas dalam pusaran orang-orang yang tidak tahu Bergema, menentang budaya dan aturan yang kaku   Jiwanya memberontak terhadap sejarah yang mulai membeku Berdiri dan berlari, melawan arus untuk lebih maju Semuanya merupakan warisan besar untuk perempuan abad 21 Untuk itu, sebuah refleksi, apakah kita mampu untuk meniru   Perempuan abad 21, harus banyak memberi kontribusi Di kala semua orang terpaku pada ajaran yang sudah basi Perempuan layaknya kartini yang selalu menginspirasi Cahaya terang untuk semua kalangan lintas generasi Ia yang tidak mudah untuk didominasi oleh para laki-laki   Karya, adalah modal utama perempuan masa kini Cerdas dan visioner adalah sebuah visi Akhlakul karimah sebagai penunjang untuk lebih mumpuni Menuju perempuan berdaya dan mandiri yang punya harga diri Layaknya seorang ibu bernama kartini   Wahai para kartini baru, j

Perjuangan Perempuan Di Ranah Domestik Dalam Pandangan Feminisme Eksistensial Simone De Beauvoir

simone de beauvoir Perjuangan perempuan untuk menuntut hak-hak mereka sebagai manusia seutuhnya merupakan perlawanan terhadap pembagian kerja yang menetapkan kaum laki-laki sebagai pihak yang berkuasa dalam ranah publik. Maka dari itu, munculah feminisme sebagai gerakan sosial yang pada mulanya berangkat dari asumsi bahwa pada dasarnya kaum perempuan ditindas dan dieksploitasi, di mana melaluinya pula (feminisme) perempuan berusaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut. Feminisme menyoroti politik seksualitas dan domestik baik pada level personal maupun level publik. Gerakan perempuan secara perlahan tumbuh menjadi suatu kekuatan politik yang besar, menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika Utara, dan kemudian melahirkan aliran feminis radikal yang memperjuangkan aspirasinya melalui jalur kampanye serta demokrasi untuk membangun ruang dan kebudayaan perempuan. Selanjutnya, feminis sosialis lebih menekankan pada pembangunan aliansi dengan kelompok-kelompok dan kelas-kelas t