![]() |
Dok Google |
KH. Hasyim Asy’ari sebagai orang yang penuh
hati-hati dalam mengambil langkah dan memutuskan sesuatu masalah, tidak
langsung menyepakati desakan KH Wahab Hasbullah. Beliau baru membulatkan
niatnya untuk mendirikan organisasi setelah mendapatkan petunjuk dari Allah SWT
melalui istikharahnya. Selain itu, beliau juga mendapat dukungan dari gurunya
yaitu Syaikhona Kholil Bangkalan Madura yang menyatakan bahwa pembentukan organisasi
akan membawa manfaat bagi umat Islam.
Berdirinya Nahdlatul Ulama’ dianggap penting karena
diharapkan bisa menjadi wadah untuk melindungi, melestarikan, mengembangkan,
dan mengamalkan ajaran islam dengan paham Ahlussunnah Wal Jamaah. Ahlussunnah Wal
Jamaah atau ASWAJA merupakan paham yang menekankan arti pentingnya Tasamuh
(toleransi), tawassuth atau ‘adl (berdiri ditengah-tengah dan menghindari ekstremitas),
tawazun (menyeimbangkan hubungan dengan Allah dan hubungan dengan manusia), dan
amar ma’ruf nahi mungkar.
Ketika Nahdlatul Ulama’ berdiri, banyak mendapat sambutan dan dukungan luar biasa dari kiai-kiai pedesaan. Sejarah mencatat, NU berkembang dengan sangat cepat meliputi daerah-daerah pedesaan yang terdapat kiai dan haji, apalagi pesantren tradisional sebagai pendukung utamanya. Maka, mengenal Nahdlatul Ulama’ pasti akan mengenal Pesantren. Dalam kiprahnya, NU mendakwahkan ajaran
islam lewat media pesantren. Melalui pesantren inilah, kiai hasyim atau kyai-kyai
lain mengajarkan ajaran islam untuk mengubah masyarakat yang masih diliputi oleh
kegelapan untuk dibimbing kejalan yang benar.
Nahdlatul Ulama’ sangat menjunjung tinggi toleransi yang menjadi salah satu corak dari paham aswaja. Sehingga, terus menjaga tradisi kaum tradisionalis. Tradisi-tradisi yang ada di Pesantren
seperti pengajian kitab kuning, kaum sarungan tetap terjaga, begitu juga tradisi yang ada di Masyarakat seperti maulidan, ziarah, dll. Orang-orang NU dan Pesantren tidak ingin menghilangkan tradisi-tradisi keindonesiaan yang masih sesuai dengan islam.
Agama islam yang berada di Indonesia berbeda dengan islam mekah, islam yang berkembang di Indonesia
adalah islam yang sudah berakulturasi dengan budaya lokal yang sudah mendarah daging di indonesia. Masyarakat dapat menerima islam dengan rela, tanpa adanya paksaan dan pertumpahan darah. Karena para ulama membawanya dengan penuh dengan akhlak yang mulia sehingga masyarakat banyak tertarik akan islam.
Dalam latar belakang kitab Adab al-‘Alimwa
al-Muta’allim karya KH Hasyim Asy’ari, dipengaruhi oleh perubahan yang
cepat dan perubahan dari pendidikan klasik menuju pendidikan modern. Kitab tersebut dibuat untuk memasukkan nilai-nilai etis, moral, seperti nilai menjaga tradisi yang baik dan perilaku santun dalam masyarakat. Meski demikian,
bukan berarti NU dan pesantren tidak peduli dengan perkembangan zaman, apalagi harus pasrah dalam melihat zaman, melainkan tetap membaca perkembangan zaman dengan kritis dan terbuka. Kalangan santri, baik yang sudah jadi alumni maupun
yang masih nyantri dipesantren tidak serta merta menerima keadaan zaman. Kemodernan bagi kalangan pesantren bukanlah sesuatu hal yang menakutkan, apalagi harus disikapi dengan penuh kecemasan dan tindakan destruktif. Melainkan harus diakomodasi dan didialogkan dengan tradisi yang sudah ada. Pola pikir tersebut berangkat dari satu kaidah usul“Al-Muhafadhatu ‘Ala Qadimi Al-ShalihWa
Al-Akhlu Bi Jadid Al-Ashlah” yang artinya menjaga tradisi lama sembari menyesuaikan
dengan tradisi baru yang lebih baik. Kaidah ini menjadi landasan berfikir yang
cukup moderat dalam melihat perkembangan zaman, baik zaman yang
dihembuskan oleh modernisasi maupun globalisasi. Demikian juga pola pikir ini tidak
hanya berhenti pada gagasan yang sifatnya teoritis, melainkan juga menjadi sikap
hidup dalam upaya menapak zaman dimana mereka berada dan dilahirkan.
Dengan demikian, paradigma diatas harus dipertahankan
dengan baik agar masyarakat bisa hidup dengan penuh ketentraman, tradisi tradisional bisa berjalan dengan baik dengan tetap memikirkan untuk mengikuti perkembangan zaman. Tradisi tradisional yang sudah ada di masyarakat dan pesantren masih
sangat baik untuk dilestarikan dan masih relevan dengan kehidupan sekarang.
*****
*Mahasiswa
Semester I Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Nurul Jadid (UNUJA)
Paiton
Komentar
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar asalkan tidak meyinggung SARA dan tetap menjaga toleransi demi keharmonisan bersama