Langsung ke konten utama

Gelar Hajatan, Keunikan Ciri Khas Masyarakat Giligenting


Suatu ketika, saya jalan-jalan menelusuri pedalaman masyarakat Kecamatan Giligenting Sumenep. Bertepatan dengan bulan syawal, masyarakat setempat banyak menggelar acara pernikahan. Karena, memang sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Giligenting menjadikan bulan syawal sebagai bulan yang dianggap sakral dan utama dalam menggelar acara pernikahan anaknya.

Sebenarnya, bulan apapun itu tetap baik untuk di gelar acara pernikahan. Namun, hal ini sudah menjadi kebiasaan masyarakat Giligenting yang menggelar di bulan syawal. Diluar dari topik pernikahannya, masyarakat Giligenting mempunyai ciri khas dalam menggelar  pernikahnnya. Kekhasan itu tidak lain adalah memasang sekian nama di depan rumahnya.
Dok Pribadi
Kebiasaan tersebut, sudah menjadi kelengkapan acara ketika menggelar pernikahan. Ada berbagai nama (kata-kata), seperti Semoga bahagia, selamat menempuh hidup baru, mohon doa restu, dan lain sebaginya. Hal tersebut, sudah lazim digunakan oleh masyarakat Giligenting.

Nama-nama tersebut terbuat dari kertas karton atau gabus. Ada seseorang yang memang mempunyai kreativitas dalam pembuatan dan pemasangannya. Sebut saja Awhenks Kidinks. Ia adalah seorang pemuda asli Giligenting Sumenep, yang selama ini banyak diminta bantuan jasanya untuk membuatkan deretan nama seperti yang tercantum diatas.

Awhenks menyampaikan bahwa, ia tidak ada niatan untuk mendalami atau terjun dalam dunia seni (pembuatan nama) tersebut. Hanya saja, berawal dari kesenangan dan kecintaannya pada dunia seni yang ia geluti sebagai pengisi waktu luang. Tetapi, karena keseringannya membuat beberapa masyarakat tahu akan kelebihannya dalam pembuatan nama tersebut.

“Sebenarnya, saya tidak pernah ada keinginan untuk hal tersebut. Namun, ada masyarakat (tetangga) yang pernah melihat saya sedang membuat ukiran nama. Sehingga, ia meminta saya untuk membuatkannya dan kebetulan dirumahnya dia akan ada acara pernikahan”, jelasnya.

Dari permintaan tetangga tersebut, ia semakin dikenal oleh masyarakat luas. Hingga saat ini, ia mempunyai banyak pelanggan dalam memesan beberapa tulisan (nama) yang diukir ketika ada hajatan di rumah masyarakat. Bukan hanya ketika hajatan pernikahan, tetapi juga ketika hajatan walimatul safar, khitanan, dan lain sebagainya.

Awhenks sendiri sudah banyak menolak ketika dimintai tolong oleh masyarakat untuk membuatkan nama-nama tersebut. Ia merasa dirinya masih sangat minim pengalaman dan kurang inovasi untuk mengukir nama. Namun, hal itu diabaikan oleh masyarakat. Karena masyarakat berpandangan lain, bahwa ia sudah mampu dan memberi kepuasan kepada masyarakat yang minta tolong atas jasanya.

Meskipun saat ini, sudah banyak percetakan atau sablon untuk memesan nama-nama ukiran yang sudah didesain dengan keren di komputer, masyarakat masih tetap melirik terhadap karya nama yang dibuat oleh tangan. Masyarakat masih menyadari betapa berharganya hasil karya tangan pemudanya di kalangan masyarakat Giligenting.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Strategi komunikasi dalam membangun jaringan (berpikir strategis dan bertindak taktis)

  Perjalanan panjang dalam dunia kampus, banyak orang yang mengikrarkan dirinya sebagai mahasiswa, tentu tidak akan lepas dengan berbagai persoalan, baik internal maupun eksternal. Faktor internal bisa dikategorikan dengan kurang keberanian pada diri sendiri, keluarga yang kurang mendukung, dan lingkungan yang kurang bersahabat. Sedangkan eksternal bisa terjadi pada semua   persoalan yang ada dalam dunia akademik, seperti kurang respect terhadap orang baru, sulit mencerna dunia luar, dan lain sebagainya. Persoalan yang sedemikian banyak, sudah tidak bisa dihitung dengan jari, ternyata cukup mampu ditepis dengan keaktifan di organisasi. Kehadiran organisasi sebagai salah satu pilihan bagi mahasiswa untuk mengembangkan dirinya, sudah tidak perlu diragukan. Mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, mucul banyak organisasi dengan latar belakang kemunculan dan tujuannya, diperkenalkan kepada kita sebagai elemen dari instansi pendidikan tersebut. Di era sekarang, yang penu

Catatan untuk seorang perempuan yang berani berdiri diatas kakinya sendiri

Kartini, sosok perempuan hebat masa lalu Nama dan perjuangannya adalah sesuatu yang baru Perempuan cerdas dalam pusaran orang-orang yang tidak tahu Bergema, menentang budaya dan aturan yang kaku   Jiwanya memberontak terhadap sejarah yang mulai membeku Berdiri dan berlari, melawan arus untuk lebih maju Semuanya merupakan warisan besar untuk perempuan abad 21 Untuk itu, sebuah refleksi, apakah kita mampu untuk meniru   Perempuan abad 21, harus banyak memberi kontribusi Di kala semua orang terpaku pada ajaran yang sudah basi Perempuan layaknya kartini yang selalu menginspirasi Cahaya terang untuk semua kalangan lintas generasi Ia yang tidak mudah untuk didominasi oleh para laki-laki   Karya, adalah modal utama perempuan masa kini Cerdas dan visioner adalah sebuah visi Akhlakul karimah sebagai penunjang untuk lebih mumpuni Menuju perempuan berdaya dan mandiri yang punya harga diri Layaknya seorang ibu bernama kartini   Wahai para kartini baru, j

Perjuangan Perempuan Di Ranah Domestik Dalam Pandangan Feminisme Eksistensial Simone De Beauvoir

simone de beauvoir Perjuangan perempuan untuk menuntut hak-hak mereka sebagai manusia seutuhnya merupakan perlawanan terhadap pembagian kerja yang menetapkan kaum laki-laki sebagai pihak yang berkuasa dalam ranah publik. Maka dari itu, munculah feminisme sebagai gerakan sosial yang pada mulanya berangkat dari asumsi bahwa pada dasarnya kaum perempuan ditindas dan dieksploitasi, di mana melaluinya pula (feminisme) perempuan berusaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut. Feminisme menyoroti politik seksualitas dan domestik baik pada level personal maupun level publik. Gerakan perempuan secara perlahan tumbuh menjadi suatu kekuatan politik yang besar, menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika Utara, dan kemudian melahirkan aliran feminis radikal yang memperjuangkan aspirasinya melalui jalur kampanye serta demokrasi untuk membangun ruang dan kebudayaan perempuan. Selanjutnya, feminis sosialis lebih menekankan pada pembangunan aliansi dengan kelompok-kelompok dan kelas-kelas t