![]() |
Dok Google |
Selamat siang masyarakat Indonesia, khusunya masyarakat Madura! dari mana
saja ini suaranya? Orang madura kan tersebar dimana-mana? Mau mencari orang
madura dan masakan masyarakat madura di daerah diluar madura manapun akan selalu
menjumpainya. Bukankah begitu ya kawan? Ayoo dari Madura mana ini, maksud saya
Kabupaten mana? Terserah dari Kabupaten manapun, yang jelas “Salam Settong
Dhere”.
Masih ingat gak, bahwa postingan sebelumnya, saya pernah membahas
tentang tempat kelahiran penyair dan budayawan terkenal, D. Zawawi Imron. Yakni
Madura. lagi-lagi Madura yang dibahas. Tetapi, saya yakin para pembaca tidak
akan pernah membawa tentang tulisan yang mengangkat Madura. karena apa, Pak Mahfud
MD, pernah menyampaikan dalam akun twitternya, “kata Antropolog kelas dunia,
orang madura itu cerdik tapi tidak licik. Pandai berkelit tapi tidak menipu.
Agak lugu tapi lincah”. Jadi, mengenal dan melihat Madura, tidak akan pernah
terbesit kata “Bosan”.
Pada postingan sebelumnya itu, saya pernah menyebutkan bahwa
pemimpin informal di Madura itu ada dua golongan, yakni Kiai dan Blater. Kiai
sudah saya bahas dalam postingan tersebut. Tentang bagaimana perananya dan
bagaimana masyarakat yang sangat menyakralkan kiai. Jadi sudah tahu kan, bahwa
pada postingan ini saya akan membahas tentang Blater. Tahu gak, apa itu yang
disebut dengan Blater? Atau para pembaca adalah golongan Blater itu sendiri.
Kalau belum tahu, kalian harus tahu dengan terus kepoin tulisan ini sampai
selesai.
Blater adalah sebutan untuk Jawara di kalangan suku Madura. Istilah
Blater terutama dikenal di kalangan di masyarakat Madura bagian barat
(Sampang dan Bangkalan). Istilah ini merujuk pada sosok orang yang kuat yang
bisa memberikan “perlindungan” keselamatan secara fisik terhadao masyarakat.
Sudah ada gambaran gak tentang sebutan Blater? Pasti ada yang
terbesit di benak kalian ketika membaca pengertian blater diatas. Jika belum,
coba baca dan fikirkan kembali, jangan lupa bawa santai dengan ngopi ya, biar
pikiran encer.
Kita bawa santai aja, jangan terlalu emosi dalam membahas istilah
sebutan blater. Jadi, dari segi historinya itu, sosok blater atau jawara yang
sampai ini melegenda di kalangan masyarakat Madura adalah Pak Sakera dan Ke’
Lesap. Apakah kenal dengan kedua sosok tersebut. Mungkin kalian sudah banyak
mengenal ke Pak Sakera ya? Karena saat ini, sosok tersebut yang sering muncul
di kawasan Madura dibanding Ke’ Lesap.
Kalau kita sering berjalan-jalan ke daerah Madura dan Tapal Kuda,
lalu berjumpa dengan poster oraang berpose dengan sebuah celurit di tangannya,
maka dipastikan itulah sosok Pak Sakera. Pak Sakera dengan gagah berani telah
membela Oreng Kene’ (orang kecil) dari kekejaman penjajah. Pak Sakera
adalah Seorang lelaki berkumis
tebal, memakai udeng, kaos bergaris horisontal merah putih, dan kerap
berpose sambil mengacungkan clurit.
Sedangkan Ke’ Lesap adalah keturunan raja yang tidk diakui. Untuk
menunjukkan eksistensinya, ia bertapa sehingga menjadi orang sakti yang
mempunyai senjata kodhi. Dengan senjata inilah, ia gunakan dalam ambisinya
untuk menguasai madura. benar-benar dua sosok yang sangat pemberani, pembela
kaum lemah, dan pejuang masyarakat dari penjajahan. Sangat pantas untuk kita
ketahui dan apresiasi.
Pengaruh Blater banyak ditentukan oleh kekuatan adu fisik,
keberanian, kepribadian, kemenangannya dalam setiap pertandingan, dan faktor
pendukung lainnya. Selain itu, pengaruh blater biasanya juga diperoleh karena
dua hal. Pertama, kemampuan dalam ilmu kanuragan, ilmu bela diri, ilmu
kekebalan, sikap pemberani, dan jaringan anak buah yang banyak dan luas. Sukses
meraih kemenangan carok dan keberhasilan dalam mencegah konflik (kekerasan)
antar individu dalam masyarakat semakin memperkuat pengaruh dan sosoknya
sebagai blater.
Kedua, keterlibatannya
dalam dunia kriminalitas dan aksi kekerasan, baik langsung maupun tidak
langsung menjadikan oreng blater semakin disegani, bukan saja oleh
masyarakat, tetapi juga oleh aparat negara. Sebagai kelompok elite lokal, daya
tawar blater cukup kuat.
Pak Sakera, sosoknya yang sudah banyak dikenal pada masyarakat
Madura, menjadi awal istilah carok mulai dikenal. Kata-kata Pak Sakera yang
fenomenal adalah, konon ketika ia akan dihukum gantung oleh Belanda: “Settong
Sakera mate, saebu Sakera tombu pole”.
Carok dalam bahasa kawi kuno berarti perkelahian. Carok dalam
pandangan orang luar Madura adalah murni kekerasan. Tidak ada beda antara carok
dengan kasus pembunuhan lain. Bahkan disamakan dengan kekerasan jenis lain
seperti perampokan, penganiyaan, dan lain sebagainya. Semua dianggap sebagai
kejahatan dan tidak pantas untuk dilakukan.
Namun sangat berbeda bagi orang Madura. carok adalah suatu tindakan
pembelaan terhadap harga diri akibat hinaan serius, ketidaksopanan, dan
penyerobotan istri atau perselingkuhan. Hal penting adalah, carok tidak
dilakukan tanpa persetujuan keluarga. Bahkan carok harus melalui ritual khusus
seperti remo dan kegiataan berdoa bersama keluarga.
Motif utama dalam carok adalah harga diri. Karena orang Madura
memegang prinsip peribahasa, “Ango’an poteya tolang etembheng pote mata” (lebih
baik mati daripada menanggung malu). Penghinaan terhadap harga diri berarti
menempatkan diri sebagai musuh orang yang dihina. Orang lain, teman, dan bahkan
kerabat dapat menajdi musuh apabila mereka melakukan penghinaan yang sangat
serius.
Blater yang dikenal dengan tokohnya, Pak Sakera dan keberaniaanya.
Dari itu, sakera dan carok seakan melekat tak terpisahkan. Orang mengenal carok
selalu menghubungkan dengan peristiwa sakera sang mandor tebu. Ciri khas dari
Sakera saat ke kebun mengawasi para pekerja, akan selalu membawa arit besar
yang dikenal dengan celurit (Madura: Are’). Sehingga, munculnya celurit
di pulau Madura selalu berhubungan dengan sakera pada abad 18 M yang lalu. Ia
adalah mandor yang jujur dan taat beragama, sehingga sangat disukai oleh para
buruh.
Pak Sakera sebagai Blater yang pemberani, pernah tergerakkan
hatinya ketika mengetahui adanya ketidak adilan dari pihak belanda ketika
membeli lahan kepada rakyat. Ia adalah sosok yang penegak keadilan dan pembela
dari rakyat kecil. Meskipun pada akhirnya, ia harus tertangkap dan dihukum
gantung oleh Belanda dengan cara yang sangat licik yang jauh dari sportif.
Paiton, 07 Januari 2019
Alhamdulillah nambah ilmu
BalasHapusAlhamdulillah, semoga berkah
Hapus