![]() |
Dok Pribadi |
Diceritakan oleh Syaikh Muhammad Fadhil bahwa suatu ketika Syaikh Abdul
Qadir mendapat ijazah dari Imam Abu Zaid Almanjumi Almubarok dengan
menghadiahkan penghormatan untuk memimpin madrasahnya.
Dalam masa pertama kepemimpinannya di madrasah yang diijazahkan
kepada beliau, beliau membuat aturan baru. Aturan baru yang paling menonjol ada
tiga point.
1.
Madrasah
yang dipimpinnya itu akan dibuka umum. Semuanya boleh masuk, baik Muslim maupun
Kafir, Miskin maupun kaya. Tetapi lebih diutamakan yang yatim
2.
Madrasah
ini dibukan secara gratis. Tidak akan pernah ditagih bayaran apapun sepersen
pun.
3.
Bagi
yang kafir, tidak ada paksaan untuk pindah agama.
Dengan adanya peraturan ini, syaikh abdul qadir tidak membedakan
terhadap siapapun yang akan masuk ke madrasahnya. Hanya saja beliau lebih
mengutamakan yang yatim dan fakir. Mengawali di madrasahnya tersebut, tercatat
hanya ada tiga orang pendaftar. Namu tidak berselang lama, waktu yang sangat
singkat, murid-muridnya banyak yang berdatangan dengan jumlah lebih dari 70.000
orang.
Ternyata muridnya yang lebih dari 70.000 orang banyak berdatang
dari berbagai penjuru dan berbagai kalangan. Muslim, kafir, yatim, fakir, dan
kaya merupakan jenis-jenis murid yang masuk ke madrasah syekh abdul qadir.
Beliau sangat menerima dengan baik tanpa adanya keberpihakan kepada salah satu
pihak.
Proses belajar yang diterapkan oleh syaikh abdul qadir kepada
muridnya dibedakan menjadi dua waktu. Muridnya yang muslim di ajari mulai dari
pagi hari sampai siang hari. Murid-muridnya ini dipelajar berbagai jenis ilmu
yang bercorak agama islam.
Sedangkan para muridnya yang beragama non islam diajari dari siang
hari sampai sore hari. Murid-muridnya ini dikasih suguhan ilmu-ilmu umum yang
sesuai dengan keberadaannya yang non muslim.
Dari saking baiknya syaikh abdul qadir yang tidak membeda-bedakan
diantara muridnya membuat muridnya lebih betah belajar di madrasahnya. Bahkan
rasa sayangnya kepada muridnya melebihi dari rasa sayangnya kepada anaknya
sendiri. Sehingga hal ini juga membuat muridnya yang non muslim meras tertarik
jika pindah kepada agama islam.
Dalam waktu yang singkat, banyak muridnya yang pindah ke agama
islam. meskipun syaikh abdul qadir tidak pernah meminta bahkan memaksa untuk
pindah agama ke islam. berpindahnya ke agama islam menjadi berita yang cepat
tersebar ke seluruh penjuru. Sehingga terdengar juga oleh orang-orang tua
muridnya yang non muslim, pastur, dan semua pemuka agama non muslim. Dengan
geram mereka berkunjung ke madrasah syaikh abdul qadir dengan niatan untuk
menuntut karena telah mengubah agamanya.
Mereka yang ikut serta ke madrasah syaikh abdul qadir mengutarakan
beberapa pilihan karena dari saking germanya anak dan generasinya yang
dipindahkan ke agama islam. “wahai syaikh abdul qadir, kamu adalah penyebab
berubahnya agama generasi kami. Kami akan memberikan beberapa pilihan atas
tindakanmu itu” jelas salah satu orang kepada syaikh abdul qadir.
Lebih jelas mereka mengatakan beberapa pilihan yang diajukan kepada
syaikh abdul qadir. Pertama, syaikh abdul qadir harus menutup madrasahnya.
Kedua, harus keluar dari Baghdad. Terakhir, Syaikh Abdul Qadir akan dibunuh.
Syaikh abdul qadir yang mendengar itu hanya menanggapinya dengan
senyuman dan lembut hati. Kemudian beliau memanggil muridnya yang baru pindah
agama untuk sekedar menjelaskan kepada mereka yang datang berdemo kepadanya.
Sang murid berkata terhadap apa yang dialaminya ketika berada di
madrsaha syaikh abdul qadir, “Wahai pastur pemuka agama kami. Dulunya sejak
kami mau masuk ke madrasah ini, kami dilanda ketakutan. Tetapi ketika kami
masuk, kami malah betah belajar disini. Syaikh abdul qadir tidak pernah
membeda-bedakan kami, baik dari muslin maupun non muslim. Bahkan kasih
sayangnya kepada kami melebihi dari kasih sayang kepada anaknya”, jelas sang
murid kepada para pastur.
Hal ini merupakan salah satu karamah syaikh abdul qadir. Sepanjang
sejarah manusia belum pernah satu guru yang mampu mengajar muridnya lebih dari
70.000 orang dalam waktu yang bersamaan. Syaikh abdul qadir mengajar muridnya
dalam tempat yang sama, mereka disuruh duduk secara ber-shaf.
Cara mengajar ini menimbulkan adanya ketidak percayaan dari
beberapa orang di Kota Baghdad. Mereka tidak percaya bahwa syaikh abdul qadir
dapat mengajar muridnya yang sangat banyak tersebut dalam waktu yang sama.
Karena pada saat itu belum ada pengeras suara yang bisa dijadikan sebagai
wasilah tercapainya suara jarak jauh.
Mereka yang tidak percaya datang untuk mengetahui kabar yang
tersebar. Mereka datang paling akahir dan duduk di paling belakang yang tidak
ada lagi orang di belakang mereka. Ternyata suara syaikh abdul qadir dapat
mereka dengar dengan baik sebagaimana mereka mendengarkan dari jarak yang cukup
dekat. Padahal pada saat itu, syaikh abdul qadir menyampaikan ilmunya dengan
santun, tidak keras, dan penuh wibawa. Hanya kehendak Allah lah, syaikh abdul
qadir dapat mengajar muridnya yang banyak.
*****
*
Tulisan ini adalah penyampaian dari prof Dr Syaikh Muhammad Fadhil Aljailani
(Cucu Syaikh Abdul Qadir Aljailani ke-25 dari Turky)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar asalkan tidak meyinggung SARA dan tetap menjaga toleransi demi keharmonisan bersama