Masa kecil adalah masa yang sangat
dimanjakan untuk bermain-main. Setiap saat selalu menginginkan permainan dan
teman untuk bermain. Tetapi karena masa kecil kita butuh pada pengarahan orang
lain untuk hidup yang lebih baik, maka kita selalu diawasi oleh orang tua atau
orang disekitar kita. Orang tua kita tidak selalu membuat kita manja dengan
bermain, tetapi menyuguhi dengan hal yang lebih mendidik.
Sejak kecil kita sudah diajari
tentang ilmu agama. Disamping itu orang tua juga mengantarkan atau memasrahkan
kepada kyai (guru ngaji) untuk membantu anaknya dalam mengenal ilmu (agama). Karena
dalam hidup ini sangat penting untuk mencari ilmu. Sesuai dengan sabda nabi
yang artinya “Carilah ilmu dari buaian ibu sampai liang lahat. Hadits ini
menjelaskan bagaimana pentingnya ilmu, sehingga seseorang dituntut untuk tidak
pernah puas dalam menuntut ilmu.
Waktu terus berjalan, bertahun-tahun
kita hidup dilingkungan kyai atau di langgarnya dalam menuntut ilmu. Sehingga pada
suatu ketika, kita merasa ingin mencri lingkungan yang baru baik untuk
meneruskan mencari ilmu atau memulai dalam dunia kerja. Hal ini sering muncul
ketika kita sudah lulus dalam sekolahn tingkat SMP atau SMA. Lulus dari sekolah
formal ini terkadang membawa dampaak darikita berhenti dalam mendalami ilmu di
Langgar sang kyai.
Orang yang sudah berkumpul lama
pasti tidak ingin ada perpisahan. Begitu juga antara kyai (guru) dan murid. Tidak
ingin ada yang pergi satu sama lain. Sehingga seorang guru selalu mengingatkan
kepada santrinya (murid) untuk tetap mengingatnya dalam menjaga tali
silaturrahim.
Faktanya di lapangan, banyak anak yang merasa sudah sukses diluar
sana dan akan melupakan terhadap tempat belajar pertamanya yaitu di langgar
kyai. Merasa ilmunya sudah lebih tinggi dari gurunya, pengalamannya lebih
banyak, kaya raya, sehingga gurunya terlupakan. Bahkan ketika pulang ke
kampunya tidak pergi ke dhalem (rumah) kyai bahkan tidak menyapanya.
Dalam menyiasati tidak terjadinya
hal ini, guru ngaji saya di kampung, K Suryono selalu dan selalu berpesan
kepada santrinya termasuk saya agar tidak pernah sedikitpun melupakan tempat
belajar pertamanya. “Maskeana
la sukses, nyare elmo e pondhuk rajhe, akerja e dimma bhei, tape mon mole ka Giligenting
(nama daerah saya) jhek loppae entar ka langgher (Tempat mengaji)” Dawuhnya.
Jadi beliau itu sangat mengharapkan
kepada kita sebagai santrinya agar selalu ingat terhadap gurunya, meskipun kita
sudah sukses, mencari ilmu di pondok pesantren terkenal, bekerja diman-mana
akan rugi jika melupakan sang guru. Seorang guru selalu mengharapkan demikian
bukan karena ingin mengharapkan balasan atau imbalan apapun tetapi agar tali
silaturrahim tetap dijaga dengan erat.
Dalam kehidupan ini, setelah kita
patuh kepada Allah (sang pencipta) dan Nabi Muhammad SAW (Selaku utusan Allah),
kita harus menghormati orang tua yang sudah mengajari banyak hal.
Pengorbanannya tidak akan pernah mampu kita bayar, apalagi seorang ibu yang
telah melahirkan dan membesarkan kita. Maka jelaslah, dengan mentaatinya kita
akan mendapat ridhonya. Sesuai dengan sabda Rasulullah yang artinya, "
Ridho ALLAH tergantung pada orang tua, dan ridho tua, dan murka ALLAH juga
tergantung murka orang tua ".
Ketika kita sudah ta’dzim kepada
orang tua, kita juga berkeharusan untuk ta’dzim kepada guru kita, baik di
sekolah maupun langgar (Pesantren). Beliau yang telah mengajari kita untuk bisa
membaca, menulis hingga menjadi orang-orang hebat dengan sabar dan istqomah
untuk membimbing kita menuju itu semua. jadi sudah sepantasnya kita untuk
senatiasa mentaati apa-apa yang yang telah di sampaikan sebagai bakti seorang
yang mencari ilmu.
Tempat belajar pertama dan guru
pertama kita lebih pantas untuk kita hormati. Beliau lebih sengsara dalam
mendidik santri atau muridnya. Dikarenanakan masa kecil yang tidak mengerti
apa-apa, tidak paham pembicaraan orang, maka seorang kyai (guru) hanya bisa bersabar
dalam mendidiknya. Perlu kita renungkan, bagaimana dosanya kita kepada sang
guru? Apakah pantas kita melupakannya?
Tentu jawabannya adalah tidak akan pernah
pantas untuk kita melupakannya. Jadi tetap jaga hubungan harmonis dengan beliau
agar hidup berkah selalu kita dapatkan. Ridho orang tua akan mendapatkan ridha
Allah, ridha guru (kyai) juga akan mendapatkan ridha Allah. Dengan perantara
orang tua dan guru, kita akan mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar asalkan tidak meyinggung SARA dan tetap menjaga toleransi demi keharmonisan bersama