Langsung ke konten utama

Petuah Kyaiku; Jangan Lupa Guru Pertamamu

           Masa kecil adalah masa yang sangat dimanjakan untuk bermain-main. Setiap saat selalu menginginkan permainan dan teman untuk bermain. Tetapi karena masa kecil kita butuh pada pengarahan orang lain untuk hidup yang lebih baik, maka kita selalu diawasi oleh orang tua atau orang disekitar kita. Orang tua kita tidak selalu membuat kita manja dengan bermain, tetapi menyuguhi dengan hal yang lebih mendidik.
            Sejak kecil kita sudah diajari tentang ilmu agama. Disamping itu orang tua juga mengantarkan atau memasrahkan kepada kyai (guru ngaji) untuk membantu anaknya dalam mengenal ilmu (agama). Karena dalam hidup ini sangat penting untuk mencari ilmu. Sesuai dengan sabda nabi yang artinya “Carilah ilmu dari buaian ibu sampai liang lahat. Hadits ini menjelaskan bagaimana pentingnya ilmu, sehingga seseorang dituntut untuk tidak pernah puas dalam menuntut ilmu.
            Waktu terus berjalan, bertahun-tahun kita hidup dilingkungan kyai atau di langgarnya dalam menuntut ilmu. Sehingga pada suatu ketika, kita merasa ingin mencri lingkungan yang baru baik untuk meneruskan mencari ilmu atau memulai dalam dunia kerja. Hal ini sering muncul ketika kita sudah lulus dalam sekolahn tingkat SMP atau SMA. Lulus dari sekolah formal ini terkadang membawa dampaak darikita berhenti dalam mendalami ilmu di Langgar sang kyai.
            Orang yang sudah berkumpul lama pasti tidak ingin ada perpisahan. Begitu juga antara kyai (guru) dan murid. Tidak ingin ada yang pergi satu sama lain. Sehingga seorang guru selalu mengingatkan kepada santrinya (murid) untuk tetap mengingatnya dalam menjaga tali silaturrahim.
Faktanya di lapangan, banyak anak yang merasa sudah sukses diluar sana dan akan melupakan terhadap tempat belajar pertamanya yaitu di langgar kyai. Merasa ilmunya sudah lebih tinggi dari gurunya, pengalamannya lebih banyak, kaya raya, sehingga gurunya terlupakan. Bahkan ketika pulang ke kampunya tidak pergi ke dhalem (rumah) kyai bahkan tidak menyapanya.
            Dalam menyiasati tidak terjadinya hal ini, guru ngaji saya di kampung, K Suryono selalu dan selalu berpesan kepada santrinya termasuk saya agar tidak pernah sedikitpun melupakan tempat belajar pertamanya. “Maskeana la sukses, nyare elmo e pondhuk rajhe, akerja e dimma bhei, tape mon mole ka Giligenting (nama daerah saya) jhek loppae entar ka langgher (Tempat mengaji)” Dawuhnya.
            Jadi beliau itu sangat mengharapkan kepada kita sebagai santrinya agar selalu ingat terhadap gurunya, meskipun kita sudah sukses, mencari ilmu di pondok pesantren terkenal, bekerja diman-mana akan rugi jika melupakan sang guru. Seorang guru selalu mengharapkan demikian bukan karena ingin mengharapkan balasan atau imbalan apapun tetapi agar tali silaturrahim tetap dijaga dengan erat.
            Dalam kehidupan ini, setelah kita patuh kepada Allah (sang pencipta) dan Nabi Muhammad SAW (Selaku utusan Allah), kita harus menghormati orang tua yang sudah mengajari banyak hal. Pengorbanannya tidak akan pernah mampu kita bayar, apalagi seorang ibu yang telah melahirkan dan membesarkan kita. Maka jelaslah, dengan mentaatinya kita akan mendapat ridhonya. Sesuai dengan sabda Rasulullah yang artinya, " Ridho ALLAH tergantung pada orang tua, dan ridho tua, dan murka ALLAH juga tergantung murka orang tua ".
            Ketika kita sudah ta’dzim kepada orang tua, kita juga berkeharusan untuk ta’dzim kepada guru kita, baik di sekolah maupun langgar (Pesantren). Beliau yang telah mengajari kita untuk bisa membaca, menulis hingga menjadi orang-orang hebat dengan sabar dan istqomah untuk membimbing kita menuju itu semua. jadi sudah sepantasnya kita untuk senatiasa mentaati apa-apa yang yang telah di sampaikan sebagai bakti seorang yang mencari ilmu.
            Tempat belajar pertama dan guru pertama kita lebih pantas untuk kita hormati. Beliau lebih sengsara dalam mendidik santri atau muridnya. Dikarenanakan masa kecil yang tidak mengerti apa-apa, tidak paham pembicaraan orang, maka seorang kyai (guru) hanya bisa bersabar dalam mendidiknya. Perlu kita renungkan, bagaimana dosanya kita kepada sang guru? Apakah pantas kita melupakannya?
            Tentu jawabannya adalah tidak akan pernah pantas untuk kita melupakannya. Jadi tetap jaga hubungan harmonis dengan beliau agar hidup berkah selalu kita dapatkan. Ridho orang tua akan mendapatkan ridha Allah, ridha guru (kyai) juga akan mendapatkan ridha Allah. Dengan perantara orang tua dan guru, kita akan mendapatkan hidup bahagia dunia dan akhirat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Strategi komunikasi dalam membangun jaringan (berpikir strategis dan bertindak taktis)

  Perjalanan panjang dalam dunia kampus, banyak orang yang mengikrarkan dirinya sebagai mahasiswa, tentu tidak akan lepas dengan berbagai persoalan, baik internal maupun eksternal. Faktor internal bisa dikategorikan dengan kurang keberanian pada diri sendiri, keluarga yang kurang mendukung, dan lingkungan yang kurang bersahabat. Sedangkan eksternal bisa terjadi pada semua   persoalan yang ada dalam dunia akademik, seperti kurang respect terhadap orang baru, sulit mencerna dunia luar, dan lain sebagainya. Persoalan yang sedemikian banyak, sudah tidak bisa dihitung dengan jari, ternyata cukup mampu ditepis dengan keaktifan di organisasi. Kehadiran organisasi sebagai salah satu pilihan bagi mahasiswa untuk mengembangkan dirinya, sudah tidak perlu diragukan. Mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, mucul banyak organisasi dengan latar belakang kemunculan dan tujuannya, diperkenalkan kepada kita sebagai elemen dari instansi pendidikan tersebut. Di era sekarang, yang penu

Catatan untuk seorang perempuan yang berani berdiri diatas kakinya sendiri

Kartini, sosok perempuan hebat masa lalu Nama dan perjuangannya adalah sesuatu yang baru Perempuan cerdas dalam pusaran orang-orang yang tidak tahu Bergema, menentang budaya dan aturan yang kaku   Jiwanya memberontak terhadap sejarah yang mulai membeku Berdiri dan berlari, melawan arus untuk lebih maju Semuanya merupakan warisan besar untuk perempuan abad 21 Untuk itu, sebuah refleksi, apakah kita mampu untuk meniru   Perempuan abad 21, harus banyak memberi kontribusi Di kala semua orang terpaku pada ajaran yang sudah basi Perempuan layaknya kartini yang selalu menginspirasi Cahaya terang untuk semua kalangan lintas generasi Ia yang tidak mudah untuk didominasi oleh para laki-laki   Karya, adalah modal utama perempuan masa kini Cerdas dan visioner adalah sebuah visi Akhlakul karimah sebagai penunjang untuk lebih mumpuni Menuju perempuan berdaya dan mandiri yang punya harga diri Layaknya seorang ibu bernama kartini   Wahai para kartini baru, j

Perjuangan Perempuan Di Ranah Domestik Dalam Pandangan Feminisme Eksistensial Simone De Beauvoir

simone de beauvoir Perjuangan perempuan untuk menuntut hak-hak mereka sebagai manusia seutuhnya merupakan perlawanan terhadap pembagian kerja yang menetapkan kaum laki-laki sebagai pihak yang berkuasa dalam ranah publik. Maka dari itu, munculah feminisme sebagai gerakan sosial yang pada mulanya berangkat dari asumsi bahwa pada dasarnya kaum perempuan ditindas dan dieksploitasi, di mana melaluinya pula (feminisme) perempuan berusaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut. Feminisme menyoroti politik seksualitas dan domestik baik pada level personal maupun level publik. Gerakan perempuan secara perlahan tumbuh menjadi suatu kekuatan politik yang besar, menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika Utara, dan kemudian melahirkan aliran feminis radikal yang memperjuangkan aspirasinya melalui jalur kampanye serta demokrasi untuk membangun ruang dan kebudayaan perempuan. Selanjutnya, feminis sosialis lebih menekankan pada pembangunan aliansi dengan kelompok-kelompok dan kelas-kelas t