Pagi
yang indah. Matahari terbit dengan kilauan cahayanya yang terang. Tidak ada
penghalang yang menghalangi sinarnya menerangi bumi. Santri-santri keluar
menjalani aktivitas sebagai mana mestinya.
Di
pojok mushalla, duduklah seorang anak muda yang termangu sendirian. Pakaian
putih khas pesantrennya ia pakai hari ini. Kesendiriannya membuat terdiam
seribu bahasa. Entah apa yang membuat ia terdiam sendiri seperti itu.
Pagi
yang cerah ini tidak membuatnya bersemangat. Ada sesuatu yang mengganggu
pikirannya sehingga ia terduduk lesu dan sayu. Ia hanya memandangi setiap
temannya yang lewat. Sepertinya ia mengharap ada belas kasihan datang padanya.
Kesendiriannya itu buyar dikarenakan ada temannya yang datang tiba-tiba, hingga
ia kaget akannya.
Namanya
Arif. Seorang mahasiswa yang mempunyai semangat yang berkobar-kobar. Terlihat
raut wajahnya yang penuh belas kasihan pada anak muda itu. Membawa seberkas
semangat untuk membantu menyelesaikan masalahnya. Tangannya ia daratkan di
punggung anak muda itu semabari tertawa kecil.
Ia
membuka pembicaraan pada anak muda itu. “Kenapa kamu duduk terdiam sendirian
disini? Sekarang kan hari jumat, kamu gak mau berolahraga di hari libur ini
(Hari jumat adalah hari libur kegiatan di Pesantren)?” Tanyanya kepada anak
muda itu. Namun anak muda itu tidak menjawabnya, hanya memberikan senyuman yang
sangat tulus.
Arif
kembali mengagetkan anak muda itu. “Heyyyyyy” dengan suara agak keras. Hingga
anak itu membuka mulut “Hey iya, ada apa”? Jawabnya singkat. “Kamu kenapa
sendirian di mushalla”? Tanyanya kembali. “Hemmmzzz, anuuu kak anuuu, uangku
habis. Aku tidak punya uang untuk jajan hari ini” Jawabnya dengan muka memelas.
Arif
hanyaa tertawa kecil sambil menjawab “oalahhh hanyaa itu dek, apa kamu takut
tidak makan”. “Iya kak, aku takut tidak bisa makan di pondok”. Jawabnya. “Wahh
berarti kamu sudah menghina tuhan kalau begitu” kata Arif. “Enak saja kakak
bicara, aku ini tidak mencaci tuhan, tidak menginjak-nginjak kitabnya, kenapa
kakak berkata demikian”. “Haduhhhh dek, coba kamu pikirkan kenapa aku berkata
demikian”. ia mencoba agar anak muda itu berfikir.
Sekitar
lima menit anak muda itu terus berfikir tentang perkataan Arif itu. Namun tidak
ada jawaban yang ia dapat dari pikirannya itu. “Haduhh kak, aku tidak mengerti
maksud kakak itu”. Dengan nada putus asa.
“Kamuu
tahu Sujiwo Tejo?” Kata Arif. “Wahh itu pasti aku tahu” jawabnya. Beliau kan
pernah berkata begini “Menghina Tuhan tak perlu dengan umpatan dan membakar
kitabNya. Khawatir besok kamu tak bisa makan saja itu sudah menghina Tuhan...”.
Anak muda itu langsung memotong pembicaraan Arif “Kok aku tidak pernah tahu kata-kata itu ya
kak?” “Nah itu, kamu kurang update tentang beliau dan kurangnya membaca”.
“Ouhh
iya kak aku mengerti, bahwa tuhan itu sangat sayang pada makhluknya. Ia maha
pengasih dan penyayang, ia akan memberi apa yang makhluknya minta. Jadi sangat
menghinanya jika aku takut tidak bisa makan karena uangku habis”. Kata anak
muda itu dengan wajahnya yang sudah bersemangat.
“Nahhhh
itu ngerti. Ayolah jangan terdiam seperti itu. Ini ada uang untuk kamu makan
hari ini (sembari menyodorkan uang 10.000)” Jelas Arif. “Ehh iya kak, terima
kasih, semoga Allah membalasnya yang lebih baik” balasnya dengan penuh gembira.
“Oke sama-sama, semoga sukses yah (sambil beranjak pergi meninggalkan anak muda
itu)”.
Dari
semangat yang diberikan Arif kepadanya, anak muda itu sadar bahwa tuhan akan
selalu berbelas kasih kepada makhluknya. Apalagi makhluknya yang berada dalam
kebenaran dan sedang menuntut ilmunya. Hatinya menjadi sangat yakin bahwa akan
ada jalan untuk orang-orang yang selalu ingat kepada tuhannya.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar asalkan tidak meyinggung SARA dan tetap menjaga toleransi demi keharmonisan bersama