![]() |
Dok Google |
Orang tua terus memupuknya dari sejak dini agar anaknya mulai
terbiasa dengan apa yang diajarkan. Dipelajari sejak dini agar anaknya tidak
merasa kaku dan salah dalam bertingkah. Karena pepatah mengatakan “Bambu yang
masih muda akan lebih gampang untuk dibengkokkan atau dimodel bentuknya, tetapi
bambu yang sudah tua akan sulit untuk di bengkok, yang ada malah potong”. Hal
ini sama saja dengan halnya manusia, jika penerapan akhlak bisa dilakukan mulai
sejak dini akan lebih mudah untuk bisa diterapkan. Tetapi jika sudah dewasa
baru dipelajari, maka akan sulit untuk bisa diterapkan. Tetapi apa salahnya
terus mencoba, bukankah begitu?
Akhlah itu menjadi lebih penting dibanding ilmu. Sebab, ilmu
seberapapun banyaknya tanpa disertai akhlak yang baik akan menjerumuskan
manusia dalam perilaku binatang, atau mungkin lebih rendah. Betapa banyak
peperangan, kesewenang-wenangan kekuasaan, kerusakan alam, atau sejenisnya
muncul justru karena ditopang kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan
teknologi zaman sekarang. Karena itu, yang paling mendasar dibutuhkan bagi
peradaban manusia adalah akhlak. Ilmu memang sangat penting, tapi perlu kita
sadari bahwa adanya pondasi berupa akhlak jelas lebih penting. Karena akhlaklah
yang menyelamatkan manusia dari keserakahan, kezaliman, kekejaman, keangkuhan,
kebencian, dan sifat-sifat tercela lainnya.
Dalam menerapkan akhlak yang baik, ada beberapa metode yang dapat
ditempuh. Paling tidak ada 3 metode yang bisa dipakai untuk mengajari anak
dalam berakhlak yang baik. Diantara dengan pembiasaan, paksaan, dan
keteladanan.
Pertama, untuk mencapai akhlak yang baik bisa ditempuh dengan
pembiasaan. Metode pertama ini bisa di laksanakan oleh orang tua atau guru
dengan membisakan akahlak yang baik terhadap anaknya atau generasinya. Sejak
kecil dibiasakan mengambil dengan tangan kanan, harus nunduk ketika lewat di
depan orang, dan lain sebagainya.
Hal ini bisa ditempuh oleh pihak terkait dalam menanamkan akhlak
yang baik kepada anaknya atau generasinya. Dengam cara pembiasaanya, bisa
diharapkan akan menjadi kebiasaan yang terus mendarah daging sehingga dengan
sendirinya aka tertanam akhlak yang baik pada diri seseorang.
Kedua, dengan cara paksaan. Dengan adanya paksaan yang terus di
berikan terhadap anak akan mencipta adanya kebiasaan. Meskipun pada awalnya
cukup berat karena tidak adanya keinginan pada diri sendiri. Harus ada kekuatan
yang cukup untuk tetap bisa melakukan akhlak yang baik dengan cara terpaksa.
Ketika sudah terus dipaksa, maka tanpa kita sadari akan membuat hal itu menjadi
kebiasaan pada tingkah laku kita sehari-hari.
Metode ini bisa ditempuh jika ada seseorang yang sangat sulit untuk
menerapkan akhlak yang baik. Di lain itu harus ada orang yang siap atau yang
mengawasi agar akhlak bisa dipaksakan berjalan. Tentunya cara paksaan ini akan
membutuhkan waktu yang cukup lama karena mengerjakan sesuatu yang sebelumnya
tidak disenangi.
Ketiga, dengan keteladanan. Keteladanan ini adalah bentuk atau cara
yang paling ampuh untuk dilaksanakan. Tanpa kita menyuruh kepada sang anak untuk
melakukan akhlak. Kita modalkan dengan cara menerapkan akhlak pada diri
sendiri. Berikan contoh akhlak yang terbaik sehingga bisa disaksikan oleh sang
anak. Jangan sampai lakukan sesuatu yang dapat mengubah cara tingkah anak
sehingga akhlaknya tidak baik.
Keteladanan ini merupakan cara yang sering banyak ditempuh karena
hasilnya yang lebih berhasil. Sang anak lebih mengikuti jika adanya keteladanan
dibanding hanya dengan omongan atau suruhan. Sang anak akan lebih mudah
berfikir sehingga membuatnya meniru-niru terhadap akhlak yang sudah dibiasakan
oleh orang tuanya.
*****
* Tulisan ini
saya sadari dan pahami ketika mengikuti mata kuliah Pengantar Studi Islam di
Universitas Nurul Jadid Paiton. Semoga bermanfaat untuk kita semua agar para generasi
penerus dapat menikmati akhlak yang baik.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar asalkan tidak meyinggung SARA dan tetap menjaga toleransi demi keharmonisan bersama