Langsung ke konten utama

KPI UNUJA, Juara I Lomba Fotografy


Minggu (2/12) acara penutupan Musyawarah wilayah V forkomnas KPI Wilayah I Jatim-NTB dilaksanakan di Kampus IKHAC Mojokerto.


Dalam akhir penutupan, diumumkan peserta-peserta yang mendapatkan juara dari lomba yang telah diikuti. Terdengar pembacaan pemenang lomba oleh panitia pelaksana mengumumkan nama-nama juara lomba fotografy.

Diurut dari juara 3 lomba fotografy yang berhasil dimenangkan oleh kpi UIN Mataram. IAI Tribakti Kediri mendapatkan juara 2. Menegangkan sekali ketika panitia hendak mengumumkan juara 1 fotografy. Terlontarlah nama KPI UNUJA Paiton sebagai peserta yang berhasil membawa piala juara 1.

Iftaqur Rahman sebagai delegasi dari KPI UNUJA mengaku sangat senang bisa menjadi juara 1 fotografi pada muswil v wilayah I forkomnas kpi.

"Saya dan teman-teman dari KPI UNUJA sangat senang dan bangga bisa membawa pulang juara. Sebuah kehormatan bagi kami yang mana pihak panitia telah memberikan apresiasi pada karya yang telah kami ikutkan" ujar iftah.

Syakir sebagai Ketua HMJ KPI UNUJA, yang juga ikut serta dalam Muswil V ini memberikan komentarnya atas juara yang telah diraihnya.

"Alhamdulillah, perjalanan kami dari unuja bisa membuahkan hasil. Jerih payah selama ini ternilai dengan baik. Karena mencari objek gambar yang akan kami ikutkan dalam lomba fotografy ini tidak mudah untuk mendapatkannya. Butuh kejelihan dalam memotretnya" jelasnya

Syakir juga menambahkan bahwa ia tidak pernah menduga akan membawa juara atas karya yang telah diikutkan tersebut.

"Kami hanya berusaha semaksimal mungkin untuk bisa berpartisipasi dalam ajang lomba Muswil V ini. Tidak pernah terbesit dalam hati kami, bahwa foto jepretan kamera kami akan juara. Ternyata karya kami ternilai lebih unggul dari kampus lain" tambahnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Strategi komunikasi dalam membangun jaringan (berpikir strategis dan bertindak taktis)

  Perjalanan panjang dalam dunia kampus, banyak orang yang mengikrarkan dirinya sebagai mahasiswa, tentu tidak akan lepas dengan berbagai persoalan, baik internal maupun eksternal. Faktor internal bisa dikategorikan dengan kurang keberanian pada diri sendiri, keluarga yang kurang mendukung, dan lingkungan yang kurang bersahabat. Sedangkan eksternal bisa terjadi pada semua   persoalan yang ada dalam dunia akademik, seperti kurang respect terhadap orang baru, sulit mencerna dunia luar, dan lain sebagainya. Persoalan yang sedemikian banyak, sudah tidak bisa dihitung dengan jari, ternyata cukup mampu ditepis dengan keaktifan di organisasi. Kehadiran organisasi sebagai salah satu pilihan bagi mahasiswa untuk mengembangkan dirinya, sudah tidak perlu diragukan. Mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, mucul banyak organisasi dengan latar belakang kemunculan dan tujuannya, diperkenalkan kepada kita sebagai elemen dari instansi pendidikan tersebut. Di era sekarang, yang penu

Catatan untuk seorang perempuan yang berani berdiri diatas kakinya sendiri

Kartini, sosok perempuan hebat masa lalu Nama dan perjuangannya adalah sesuatu yang baru Perempuan cerdas dalam pusaran orang-orang yang tidak tahu Bergema, menentang budaya dan aturan yang kaku   Jiwanya memberontak terhadap sejarah yang mulai membeku Berdiri dan berlari, melawan arus untuk lebih maju Semuanya merupakan warisan besar untuk perempuan abad 21 Untuk itu, sebuah refleksi, apakah kita mampu untuk meniru   Perempuan abad 21, harus banyak memberi kontribusi Di kala semua orang terpaku pada ajaran yang sudah basi Perempuan layaknya kartini yang selalu menginspirasi Cahaya terang untuk semua kalangan lintas generasi Ia yang tidak mudah untuk didominasi oleh para laki-laki   Karya, adalah modal utama perempuan masa kini Cerdas dan visioner adalah sebuah visi Akhlakul karimah sebagai penunjang untuk lebih mumpuni Menuju perempuan berdaya dan mandiri yang punya harga diri Layaknya seorang ibu bernama kartini   Wahai para kartini baru, j

Perjuangan Perempuan Di Ranah Domestik Dalam Pandangan Feminisme Eksistensial Simone De Beauvoir

simone de beauvoir Perjuangan perempuan untuk menuntut hak-hak mereka sebagai manusia seutuhnya merupakan perlawanan terhadap pembagian kerja yang menetapkan kaum laki-laki sebagai pihak yang berkuasa dalam ranah publik. Maka dari itu, munculah feminisme sebagai gerakan sosial yang pada mulanya berangkat dari asumsi bahwa pada dasarnya kaum perempuan ditindas dan dieksploitasi, di mana melaluinya pula (feminisme) perempuan berusaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut. Feminisme menyoroti politik seksualitas dan domestik baik pada level personal maupun level publik. Gerakan perempuan secara perlahan tumbuh menjadi suatu kekuatan politik yang besar, menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika Utara, dan kemudian melahirkan aliran feminis radikal yang memperjuangkan aspirasinya melalui jalur kampanye serta demokrasi untuk membangun ruang dan kebudayaan perempuan. Selanjutnya, feminis sosialis lebih menekankan pada pembangunan aliansi dengan kelompok-kelompok dan kelas-kelas t