![]() |
Dok Pribadi |
“Saya keliling di beberapa negara dan 4 benua, hanya kepada
Indonesia yang membuat saya jatuh hati dan saya menjadikan Indonesia adalah
tempat kedua saya”, Prof Dr Syaikh Muhammad Alfadhil Al-jailani (Cucu Syaikh
Abdul Qadir Aljailani ke-25 dari Turky)
Pada malam minggu (23/12) hujan turun membasahi kota paiton dan
sekitarnya. Membawa seberkas rahmat atas orang-orang yang mengharapkannya.
Menjadi cobaan kepada orang-orang yang akan pergi ke kebaikan. Sanggup melawan
atau tidak dengan adanya hujan sebagai penghalangnya.
Malam itu digelar Haul Akbar Haul Syaikh Abdul Qadir Al-jailani,
Haul para Masyayikh Pendiri Thoriqoh Al-Mu’tabaroh dan Haul Ahli Kubur Kita
semua bersama Majelis Dzikir Jamrah Idaroh Syu’biyah Jatman Kraksaan. Tercantum
dalam pengumuman bahwa akan dihadiri oleh Prof Dr Syaikh Muhammad Fadhil
Al-jailani (Cucu Syaikh Abdul Qadir Aljailani ke-25 dari Turky) dan Al Habib
Muhammad Luthfi Bin Yahya Pekalongan sebagai penceramah.
Haul Akbar Syaikh Abdul Qadir Aljailani ke 879 th ini digelar di
halaman Pondok Pesantren Nurul Qadim Kalikajar Paiton Probolinggo. Syaikh
Muhammad Alfadhil hadir sebagai penceramah tunggal karena Habib Muhammad Luthfi
berhalangan hadir.
Dalam pembukaannya beliau menyampaikan bahwa sangat senang bisa
hadir ke Indonesia khussnya ditengah-tengah santri yang sudah berkumpul
memadati acara. Para hadirin langsung menyambutnya dengan tepuk tangan yang
cukup memeriahkan. Syaikh fadhil langsung menyampaikan “Terima Kasih” dengan
nada yang masih kaku sehingga para hadirin kembali tepuk tangan dan tertawa
karena kelucuannya ketika mengucapkan bahasa indonesia.
Syaikh fadhil menyampaikan tentang pentingnya seseorang yang harus
mempunyai adab kesopanan. Beliau mencontohkan langsung terhadap adab kesopanan
Syaikh Abdul Qadir Aljailani. Menceritakan bagaimana beliau beradab baik kepada
ilmu maupun ke lingkungannya.
Syaikh Abdul Qadir aljailani seperti yang disampaikan cucunya ini,
mempunyai adab kesopanan yang luar biasa mulai sejak kecil sehingga tidak
membeda-bedakan antara temannya yang kafir dan muslim,, kaya dan fakir,
semuanya sama di pandangan syaikh abdul qadir.
Lanjut beliau, Syaikh Abdul Qadir kecil dirawat oleh kakeknya yang
bernama Abdullah Assomain. Kakeknya ini membawa berita gembira yang disampaikan
kepada ibu Syaikh Abdul Qadir yang bernama Siti Fatimah. Abdullah Assomain
menyampaikan agar nantinya Abdul Qadie kecil dikirim ke Kota Baghdad agar
mencari ilmu disana karena akan ada suatu zaman dimana umat Nabi Muhhamad SAW
sangat butuh kepadanya.
Pada waktu kecil inilah, Syaikh Abdul Qadir mendengar ada seorang
waliyullah di Kota Baghdad yang memmpunyai karamah luar biasa. Wali tersebut
bisa muncul-hilang muncul-hilang muncul-hilang dari kursi dimana wali tersebut
duduk. Sehingga membuat syaikh abdul qadir tertarik untuk berkunjung dan
menimba ilmu darinya.
Keberangkatan ke Kota Baghdad ternyata di ketahui dua orang
temannya yang juga berkeinginan untuk ikut berkunjung ke Waliyullah tersebut.
Namanya Ibnu Saqa dan Abdurrahman. Namun kedua orang temannya ini mempunyai
niat yang salah atau tidak benar-benar ingin mencari barakah dan ilmu dari sang
wali. Ada niatan yang terlintar di pikirannnya untuk mengetes kewaliayannya
sehingga sang wali tidak bisa jawab dan akhirnya harus menanggung malu didepan
banyak orang.
Ketiganya pun berangkat dan sampai di tempat sang wali mengajarkan
ilmunya kepada jamaahnya. Ketiga ini langsung ikut serta di tempat jamaah
walaupun pada saat itu sang wali belum muncul di tempat duduknya. Sehingga para
jamaah harus menunggu kedatangannya untuk mendengarkan ilmu-ilmu yang akan
diberikan. Tidak selang beberapa lama, sang wali muncul dan memberikan berbagai
macam ilmu. Dengan beberapa waktu yang sudah ditentukan, wali tersebut
mengakhirinya.
Sebelum beranjak dari tempat duduknya sang wali memandang serius
kepada orang yang duduk bertiga, yang tidak lain adalah Syaik Abdul Qadir dan
dua orang temannya. Tentunya hal ini membuat kemabiguan karena salah satu pihak
tidak ada yang mengenal dan tidak pernah berjumpa walau sekali.
Sang Wali berkata kepada Ibnu Saqa “Wahai Ibnu Saqa, sunggu dirimu telah diselimuti
kesombongan karena keilmuanmu. Kamu datang kesini tidak benar-benar mencari
ilmu, tapi hanya ingin mengetesku sehingga aku harus menanggung malu didepan
jamaahku. Ingatlah, syaitan tidak kafir karena kesombongannya. Wahai Ibnu Saqa,
sungguh aku melihatmu berada di pewaris syaitan dan akan mati dalam keadaan
kafir” Jelas sanga wali kepada ibnu
saqa.
Beliau langsung melihat kepada Abdurrahman dan berkata, “Wahai
Abdurrahman, kamu juga mempunyai niat sama. Ini adalah pertanyaan yang akan
engkau ajukan dan ini jawabanku atas pertanyaanmu. Kamu datang kesini hanya
karena merasa paling pintar sehingga ingin mengetesku. Sungguh aku melihat kamu
akan menjadi orang yang korupsi dan berkahir buruk” jelasnya kepada Abdurrahman.
Sungguh luar biasa karamahnya. Ibnu Saqa dan Abdurrahman tercengang
atas perkataan sang wali karena niatnya belum disampaikan dan tidak pernah
bertemu sebelumnya.
Terkahir beliau melihat anak muda yang tidak lain adalah Syaikh
Abdul Qadir Aljailani. Sang wali berkata “Wahai anak muda yang indah. Wahai
sang pewaris kakeknya, Nabi Muhammad SAW, pewaris Ali, pewaris Hasan, pewaris
Husein. Sesungguhnya umat kakekmu benar-benar akan membutuhkan ilmu, barakah
dan berkah, serta hikmah sampai hari kiamat. Niatmu datang kesini baik, kamu
ingin mencari faedah ilmu, maka akan datang suatu zaman atas kehendak Allah,
kaki akan berada diatas waliyulah. Pada hari ini pula kakimu berada diatas
pundakku, diatas kepalaku dan didepan mataku.
Inilah dua berita gembira yang diterima syekh abdul qadir sejak
kecil. Pertama, berita yang disampaikan oleh kakeknya dan kedua yang
disampaikan oleh sang wali. Padahal sang wali ini tidak kenal dan tidak pernah
ketemu tapi sudah melakukan pembicaraan layaknya orang yang sudah kenal akrab.
Beliau sangat menghargai terhadap adanya sang wali dan ilmu.
Sehingga beliau mendapat barakah dan berkah darinya. Tidak membeda-bedakan adanya golongan yang
berada didekatnnya, semuanya dianggap sama.
*****
*Tulisan ini langsung penulis dengar dari penyampaian Syaikh Fadhil
tanpa melalui orang lain. Semoga kita mendapat ridha Allah, syafaat Nabi
Muhammad SAW, dan keberkahan Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, serta orang-orang
senang akan ilmu.
Komentar
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar asalkan tidak meyinggung SARA dan tetap menjaga toleransi demi keharmonisan bersama