Langsung ke konten utama

"3 Kata Penuh Makna" Nasihat K Dasuki Giligenting

Dok Pribadi
Hubungan seorang Guru (Kyai) dan Murid (Santri) pastilah sangat dekat. Seorang guru adalah orang tua ketika di Sekolah (pesantren). Sebagai orang tua sudah selayaknya untuk membimbing anaknya agar tidak salah dalam mengambil langkah. Kehidupannya tidak dipenuhi dengan jalan kesesatan yang mengantarkan celaka.


Semua guru (kyai) pasti selalu berkeinginan agar tidak ada dari santrinya yang celaka. Guru selalu berdoa dengan harapan santrinya bisa mengarungi kehidupan sesuai alurnya yang benar. Selamat dunia dan akhirat adalah harapan dalam doa kyai kepada santrinya.

Dalam sebuah pertemuan, Alm. K. Dasuki (Pengasuh Nurul Hikmah Giligenting) berdawuh sebuah kalimat yang masih membekas dihati saya sampai hari ini. Beliau berdawuh "Lakona lakoni, kennenganna kennengngi, ben jhelenna jheleni". Dawuh ini menjadi nasihat kepada santrinya agar tidak sembarangan dalam kehidupan.

Kata pertama adalah Lakona lakoni (Pekerjaannya kerjakan). Point ini mencerminkan bahwa beliau menyuruh agar kita bisa mengerjakan apa yang menjadi pekerjaan kita. Hal ini bertujuan agar kita bisa istiqamah menekuni sebuah pekerjaan. Jika sudah terdapat potensi dalam diri kita tentang sesuatu, maka itulah yang harus ditekuni.

Dalam hal ini beliau tidak ingin ada persaingan dalam hal pekerjaan. Terkadang ada orang yang mengerjakan tidak sesuai dengan potensinya hanya karena iri atau dengki kepada orang lain.

Selain itu, nilai yang terkandung dalam point pertama ini adalah mengenai kita sebagai umat islam. Kita sebagai umat islam mempunyai kewajiban (pekerjaan/lalakon) yang tidak boleh ditinggalkan, Seperti ibadah. Hal ini sebagai lalakon harus di kerjakan (e lakoni) agar kita benar-benar islam bukan hanya islam ktp.

Kedua adalah kennenganna kennengngi (tempatnya tempati). Point kedua ini menyuruh kita agar dalam bermasyarakat harus beretika dengan baik. Tidak sembarangan menempati tempat yang bukan haknya. Kita harus peka dalam bermasyarakat, tempat itu berhak atau tidak, adakah yang lebih membutuhkan atau tidak. Jika memang itu baik maka tempatilah tempat itu.

Ketiga adalah jhelenna jheleni (jalannya jalani). Point ini tidak kalah pentingnya dari point diatas. Banyak orang mendambakkan hidup bahagia, selamat dunia akhirat tetapi tidak mengikuti alur yang benar. Jalan untuk menempuh keinginannya tidak ditempuh, malah menempuh jalan lain yang jelas tidak akan mengantarkannya ke keinginannya tersebut.

Jalan yang sering ditempuh hanya dipandang karena kenyamanan semata. Bukan karena ada pemikiran yang panjang untuk suatu hari nanti. Sehingga jalan yang ditempuh hanya karena pemikiran yang sementara. Kebanyakan hanya berkeinginan pada hal-hal yang berbau instan.

Kata-kata  ini sering beliau lontarkan kepada santrinya. Saya masih ingat betul ketika beliau mengajari santrinya yang selalu diselingi dengan candaan khas beliau. Beliau selalu merasa khawatir sehingga tidak jarang beliau memberikan nasihat agar santrinya tidak salah berkehidupan.

Dari ketiga kata tersebut, sangat jelas kaitannya dengan sikap adil. Adil disini harus bisa menempatkan  sesuatu pada tempatnya. Jika hal ini bisa diterapkan dengan baik, maka seorang pribadi tersebut akan sangat baik dalam menjalani kehidupan kedepannya. Semua ini tidak lepas kontrol dari K Dasuki agar para santrinya, jamaahnya bisa sesuai dengan alur yang harus dijalani.

Ketika kita sudah dituntut bersikap adil, maka disitu pula kita juga harus menjauhi sikap dhalim. Dhalim ini sangat tidak bisa sesuai dengan jalannya, tempatnya, maupun pekerjaannya.  Dhalim bukanlah jalan yang baik, ia tidak bisa menyesuaikan dengan keadaan-keadaan yang ada.

*Tulisan ini saya persembahkan untuk mengenang jasa-jasa Alm. K. Dasuki bin Amidin, keluarga pengasuh, pengasuh Nurul Hikmah Giligenting sekarang (K Suryono), Alumni Nurul Hikmah, Santri, dan seluruh simpatisan. Semoga semuanya mendapat lindungan dari Allah dan Syafaat Nabi Muhammad SAW sehingga bisa dikumpulkan di akhirat kelak.

Postingan populer dari blog ini

Strategi komunikasi dalam membangun jaringan (berpikir strategis dan bertindak taktis)

  Perjalanan panjang dalam dunia kampus, banyak orang yang mengikrarkan dirinya sebagai mahasiswa, tentu tidak akan lepas dengan berbagai persoalan, baik internal maupun eksternal. Faktor internal bisa dikategorikan dengan kurang keberanian pada diri sendiri, keluarga yang kurang mendukung, dan lingkungan yang kurang bersahabat. Sedangkan eksternal bisa terjadi pada semua   persoalan yang ada dalam dunia akademik, seperti kurang respect terhadap orang baru, sulit mencerna dunia luar, dan lain sebagainya. Persoalan yang sedemikian banyak, sudah tidak bisa dihitung dengan jari, ternyata cukup mampu ditepis dengan keaktifan di organisasi. Kehadiran organisasi sebagai salah satu pilihan bagi mahasiswa untuk mengembangkan dirinya, sudah tidak perlu diragukan. Mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, mucul banyak organisasi dengan latar belakang kemunculan dan tujuannya, diperkenalkan kepada kita sebagai elemen dari instansi pendidikan tersebut. Di era sekarang, yang penu

Catatan untuk seorang perempuan yang berani berdiri diatas kakinya sendiri

Kartini, sosok perempuan hebat masa lalu Nama dan perjuangannya adalah sesuatu yang baru Perempuan cerdas dalam pusaran orang-orang yang tidak tahu Bergema, menentang budaya dan aturan yang kaku   Jiwanya memberontak terhadap sejarah yang mulai membeku Berdiri dan berlari, melawan arus untuk lebih maju Semuanya merupakan warisan besar untuk perempuan abad 21 Untuk itu, sebuah refleksi, apakah kita mampu untuk meniru   Perempuan abad 21, harus banyak memberi kontribusi Di kala semua orang terpaku pada ajaran yang sudah basi Perempuan layaknya kartini yang selalu menginspirasi Cahaya terang untuk semua kalangan lintas generasi Ia yang tidak mudah untuk didominasi oleh para laki-laki   Karya, adalah modal utama perempuan masa kini Cerdas dan visioner adalah sebuah visi Akhlakul karimah sebagai penunjang untuk lebih mumpuni Menuju perempuan berdaya dan mandiri yang punya harga diri Layaknya seorang ibu bernama kartini   Wahai para kartini baru, j

Mengenal 3 Posisi Penulis dalam Menulis

Apa kabar guys? Semoga kabarnya menyenangkan yahhh! Bagaimana nih apakah masih bersemangat untuk tetap menulis? Kalau masih, mari kita belajar bersama dan terus meningkatkan kreativitas menulisnya. Postingan sebelumnya, saya sudah kasih beberapa tips yang perlu diperhatikan oleh para penulis pemula. Nah , sekarang saya sudah siapkan bagaimana seorang penulis itu memposisikan dirinya dalam karya tulisnya sendiri. Seperti yang sudah saya katakan pada postingan sebelumnya, bahwa seorang penulis pemula sering mengeluhkan tidak tahu cara memulai dan merangkai kata atau macet dalam menuangkan idenya ke dalam tulisannya. Hal ini memang sering terjadi dan salah memposisikan dirinya dikala menulis. Saya sudah sediakan bagaimana sih cara seorang penulis itu memposisikan dirinya. Dibawah ini sudah ada 3 point penting mengenai posisi penulis. Yuk baca lebih lanjut untuk mengetahuinya. Pertama, Penulis memposisikan dirinya sebagai penulis. Yah tentulah kalau tidak sebagai penulis lalu s