Langsung ke konten utama

Hari ini boleh Kejam, tapi tidak untuk Empat Tahun Mendatang



            Sebuah Kota Metropolitan terbesar, yang tidak lain merupakan Ibu Kota Jawa Timur. Menjadi Kota terbesar, terkejam dan terjahat kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta. Ikan Suro dan Buaya merupakan sebuah icon kebanggaan dari kota tersebut. Namannya Kota SURABAYA.

            Dalam kota ini banyak berdiri Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta yang sudah terkenal. Ada salah satu Kampus Islam Negeri yang menjadi idaman bagi banyak siswa. Bahkan saya pun menjadi salah satu dari orang yang mengidamkannya. Pada salah satu kesempatan, saya berkunjung ke Kota Surabaya dengan tujuan daftar kuliah. Disana juga ada kenalan yang pada saat itu saya temui, saya ajak ngobrol sembari menikmati secangkir kopi. Teman saya itu banyak bercerita tentang pengalaman hidupnya, bagaimana berjuang kuliah dan tentunya cara-cara berbaur dengan masyarakat Surabaya. Dia juga mengatakan "Surabaya itu jahat, kejam, dengan itu harus berhati-hati jika ingin hidup di kota ini. Tetapi selama kamu baik, insya allah akan aman".

            Dengan adanya pertemuan yang singkat itu saya memiliki sedikit gambaran akan kota Surabaya. Saya berfikir hal itu bisa dijadikan acuan untuk kuliah dan hidup di sana. Tetapi hari ini takdirku bukan untuk disana karena tes anku di salah satu kampus tidak diterima. Sedih rasanya untuk menerima kenyataan ini, tetapi hal itu harus bisa saya terima dengan penuh kesabaran. Dalam kesendirian malam di Pulau tercinta, saya berfikir kenapa bisa tidak lulus tes yang saya ikuti. Padahal saya sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, memberanikan berangkat ke surabaya dengan teman saya yang  juga ikut tes disana. Hal itu tidak ada yang bisa menjawabnya, hati dan pikiran saya hanya bisa Husnudzan bahwa akan ada jalan lain yang telah dipersiapkan Allah yang pastinya jalan terbaik.

            Surabaya kejam dan jahat. Kata itu yang terlintas dalam pikiran saya ketika merenungi akan kegagalan tes tersebut. Hati saya mengatakan, "surabaya itu benar-benar kejam padaku, saya tidak diijinin untuk merasakan hidup dan kuliah didalamnya. Baru seperti ini sudah kejam, apalagi kalau saya merasakan hidup disana. Hari ini boleh kejam tapi empat tahun mendatang akan saya taklukkan. Masih ada  rencana untuk Strata dua, akan tetap saya tempuh di Surabaya".

            Padahal surabaya sudah lama menjadi idaman dan sudah lama juga diperjuangkan. Hanya saja belum saatnya untuk bisa mendapatkannya. Mungkin saya harus banyak belajar, mempersiapkan diri atau memperkuat mental agar bila suatu ketika ditakdirkan untuk hidup disana bisa lebih nyaman dan santai untuk menata terhadap apa yang sudah menjadi idaman.

TUNGGU AKU SURABAYA, AKAN ADA MASA DIMANA AKU AKAN BERJUANG DENGAN KESAKSIANMU. MENGGAPAI IMPIAN LAMA YANG AKAN TETAP MENJADI SALAH SATU HAL YANG PATUT UNTUK DIPERJUANGKAN. ALLAH PASTI MENDENGAR DOAKU, HANYA SAJA BELUM SAATNYA UNTUK DIA KABULKAN.




(Sebuah kisah ekspedisi Ramadhan 23 mei 2018 di Surabaya)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Strategi komunikasi dalam membangun jaringan (berpikir strategis dan bertindak taktis)

  Perjalanan panjang dalam dunia kampus, banyak orang yang mengikrarkan dirinya sebagai mahasiswa, tentu tidak akan lepas dengan berbagai persoalan, baik internal maupun eksternal. Faktor internal bisa dikategorikan dengan kurang keberanian pada diri sendiri, keluarga yang kurang mendukung, dan lingkungan yang kurang bersahabat. Sedangkan eksternal bisa terjadi pada semua   persoalan yang ada dalam dunia akademik, seperti kurang respect terhadap orang baru, sulit mencerna dunia luar, dan lain sebagainya. Persoalan yang sedemikian banyak, sudah tidak bisa dihitung dengan jari, ternyata cukup mampu ditepis dengan keaktifan di organisasi. Kehadiran organisasi sebagai salah satu pilihan bagi mahasiswa untuk mengembangkan dirinya, sudah tidak perlu diragukan. Mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, mucul banyak organisasi dengan latar belakang kemunculan dan tujuannya, diperkenalkan kepada kita sebagai elemen dari instansi pendidikan tersebut. Di era sekarang, yang penu

Catatan untuk seorang perempuan yang berani berdiri diatas kakinya sendiri

Kartini, sosok perempuan hebat masa lalu Nama dan perjuangannya adalah sesuatu yang baru Perempuan cerdas dalam pusaran orang-orang yang tidak tahu Bergema, menentang budaya dan aturan yang kaku   Jiwanya memberontak terhadap sejarah yang mulai membeku Berdiri dan berlari, melawan arus untuk lebih maju Semuanya merupakan warisan besar untuk perempuan abad 21 Untuk itu, sebuah refleksi, apakah kita mampu untuk meniru   Perempuan abad 21, harus banyak memberi kontribusi Di kala semua orang terpaku pada ajaran yang sudah basi Perempuan layaknya kartini yang selalu menginspirasi Cahaya terang untuk semua kalangan lintas generasi Ia yang tidak mudah untuk didominasi oleh para laki-laki   Karya, adalah modal utama perempuan masa kini Cerdas dan visioner adalah sebuah visi Akhlakul karimah sebagai penunjang untuk lebih mumpuni Menuju perempuan berdaya dan mandiri yang punya harga diri Layaknya seorang ibu bernama kartini   Wahai para kartini baru, j

Perjuangan Perempuan Di Ranah Domestik Dalam Pandangan Feminisme Eksistensial Simone De Beauvoir

simone de beauvoir Perjuangan perempuan untuk menuntut hak-hak mereka sebagai manusia seutuhnya merupakan perlawanan terhadap pembagian kerja yang menetapkan kaum laki-laki sebagai pihak yang berkuasa dalam ranah publik. Maka dari itu, munculah feminisme sebagai gerakan sosial yang pada mulanya berangkat dari asumsi bahwa pada dasarnya kaum perempuan ditindas dan dieksploitasi, di mana melaluinya pula (feminisme) perempuan berusaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut. Feminisme menyoroti politik seksualitas dan domestik baik pada level personal maupun level publik. Gerakan perempuan secara perlahan tumbuh menjadi suatu kekuatan politik yang besar, menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika Utara, dan kemudian melahirkan aliran feminis radikal yang memperjuangkan aspirasinya melalui jalur kampanye serta demokrasi untuk membangun ruang dan kebudayaan perempuan. Selanjutnya, feminis sosialis lebih menekankan pada pembangunan aliansi dengan kelompok-kelompok dan kelas-kelas t