Sebuah Kota Metropolitan terbesar,
yang tidak lain merupakan Ibu Kota Jawa Timur. Menjadi Kota terbesar, terkejam dan
terjahat kedua di Indonesia setelah DKI Jakarta. Ikan Suro dan Buaya merupakan
sebuah icon kebanggaan dari kota tersebut. Namannya Kota SURABAYA.
Dalam kota ini banyak berdiri
Perguruan Tinggi baik Negeri maupun Swasta yang sudah terkenal. Ada salah satu
Kampus Islam Negeri yang menjadi idaman bagi banyak siswa. Bahkan saya pun
menjadi salah satu dari orang yang mengidamkannya. Pada salah satu kesempatan,
saya berkunjung ke Kota Surabaya dengan tujuan daftar kuliah. Disana juga ada
kenalan yang pada saat itu saya temui, saya ajak ngobrol sembari menikmati
secangkir kopi. Teman saya itu banyak bercerita tentang pengalaman hidupnya,
bagaimana berjuang kuliah dan tentunya cara-cara berbaur dengan masyarakat
Surabaya. Dia juga mengatakan "Surabaya
itu jahat, kejam, dengan itu harus berhati-hati jika ingin hidup di kota ini.
Tetapi selama kamu baik, insya allah akan aman".
Dengan adanya pertemuan yang singkat
itu saya memiliki sedikit gambaran akan kota Surabaya. Saya berfikir hal itu
bisa dijadikan acuan untuk kuliah dan hidup di sana. Tetapi hari ini takdirku
bukan untuk disana karena tes anku di salah satu kampus tidak diterima. Sedih
rasanya untuk menerima kenyataan ini, tetapi hal itu harus bisa saya terima
dengan penuh kesabaran. Dalam kesendirian malam di Pulau tercinta, saya
berfikir kenapa bisa tidak lulus tes yang saya ikuti. Padahal saya sudah
berusaha dengan sungguh-sungguh, memberanikan berangkat ke surabaya dengan
teman saya yang juga ikut tes disana. Hal
itu tidak ada yang bisa menjawabnya, hati dan pikiran saya hanya bisa Husnudzan
bahwa akan ada jalan lain yang telah dipersiapkan Allah yang pastinya jalan
terbaik.
Surabaya kejam dan jahat. Kata itu
yang terlintas dalam pikiran saya ketika merenungi akan kegagalan tes tersebut.
Hati saya mengatakan, "surabaya itu
benar-benar kejam padaku, saya tidak diijinin untuk merasakan hidup dan kuliah
didalamnya. Baru seperti ini sudah kejam, apalagi kalau saya merasakan hidup
disana. Hari ini boleh kejam tapi empat tahun mendatang akan saya taklukkan.
Masih ada rencana untuk Strata dua, akan
tetap saya tempuh di Surabaya".
Padahal surabaya sudah lama menjadi
idaman dan sudah lama juga diperjuangkan. Hanya saja belum saatnya untuk bisa
mendapatkannya. Mungkin saya harus banyak belajar, mempersiapkan diri atau
memperkuat mental agar bila suatu ketika ditakdirkan untuk hidup disana bisa
lebih nyaman dan santai untuk menata terhadap apa yang sudah menjadi idaman.
TUNGGU AKU SURABAYA, AKAN ADA MASA DIMANA AKU AKAN
BERJUANG DENGAN KESAKSIANMU. MENGGAPAI IMPIAN LAMA YANG AKAN TETAP MENJADI
SALAH SATU HAL YANG PATUT UNTUK DIPERJUANGKAN. ALLAH PASTI MENDENGAR DOAKU,
HANYA SAJA BELUM SAATNYA UNTUK DIA KABULKAN.
(Sebuah kisah ekspedisi Ramadhan 23 mei 2018 di Surabaya)
Komentar
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar asalkan tidak meyinggung SARA dan tetap menjaga toleransi demi keharmonisan bersama