Langsung ke konten utama

Bukan Masalah Haram tapi Masalah Etika



Memasuki hari libur 2017, banyak dari kalangan anak-anak sampai remaja yang masih berstatus sebagai pelajar dan ada juga yang sudah bukan pelajar yang berlomba-lomba mengubah warna rambut mereka. Kebanyakan dari mereka menggunakan warna rambut barunya dengan warna kuning dan merah. Mereka melakukan semua ini dengan alasan lifestyle ala kids zaman now. Bahkan penulis sempat mendengar dari seorang pelajar yang sangat kesal terhadap gurunya karena rambutnya yang disemir dicukur olehnya. Dia berkata dalam bahasa madura "Thina jhek nyemir obhu' tak haram, mak pas cang obhu' se e cokora" yang artinya "Biarin kan orang menyemir rambut itu tidak haram, kq malah rambut saya yang mau dicukur".

Mendengar hal itu, penulis sangat kecewa karena anak itu masih belum sadar dan mengerti pada yang sebenarnya. Memang di zaman old mewarnai rambut tidak pernah ada yang melarang karena untuk membedakan anatara orang islam dengan orang yahudi maupun nasrani. Ada juga dengan alasan untuk menakutkan musuh dalam peperangan. Tetapi problema di zaman now ini mewarnai rambut bukan masalah haram atau tidaknya tapi yang sangat dijunjung tinggi adalah masalah etika. Okelah kalian bisa mengatakan bahwa tidak pernah ada hukum yang menyatakan haram untuk menyemir rambut kecuali dengan warna hitam tapi kalian harus bisa memperhatikan adanya etika. Sekarang ini menyemir rambut banyak dijadikan sebagai icon oleh masyarakat sebagai orang yang tidak benar, berandalan dan lain sebagainya. Maka dari itu bisa dikatakan bahwa kalian yang menyemir rambut dan masih berstatus sebagai pelajar sama saja dengan menjerumuskan dan merendahkan harakat dan martabat sekolah maupun pesantren yang kalian tempati. Sekolah atau pesantren yang kalian tempati untuk mengenyam pendidikan akan dicap oleh masyarakat sebagai lembaga yang tidak mempunyai aturan yang berlaku dan juga gagal didalam membentuk anak didiknya dengan baik.

Apalagi di Giligenting ini masih terkenal dengan daerah orangnya yang sopan, masih tunduk terhadap kyai dan umat beragama yang tidak neka neko. Marilah jaga dengan baik icon tersebut. Hidup itu tidak usah neko-neko, jalani saja dengan apa yang sudah Allah anugerahi kepada kita. Kita seharusnya banyak bersyukuur atas semua pemberiannya, bahwa hal ini semua sudah sempurna Allah menciptakannya dan tidak usah kita repot-repot untuk mengubahnya. Sekarang ini mewarnai rambut banyak dijadikan icon oleh bangsa-bangsa barat. Kita sebagai orang yang masih mengadopsi budaya ala ketimuran janganlah sampai meniru budaya barat yang biasa disebut sebagai westernisasi. Karena kita orang timur tidak akan pernah sudi disamakan dengan orang barat.

Dalam salah satu hadits dijelaskan yang artinya:
“Barang siapa yang menyerupai suatu kaum maka orang itu termasuk salah satu darinya”
Dari hadits diatas sudah jelas bahwa jika kita orang timur meniru budaya-budaya barat seperti halnya menyemir rambut maka kita juga termasuk dari golongannya itu.

Hemat penulis, mempercantik diri itu boleh karena islam suka akan keindahan. Tapi hal itu tentu harus tidak menyimpang dari ajaran agama islam dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Strategi komunikasi dalam membangun jaringan (berpikir strategis dan bertindak taktis)

  Perjalanan panjang dalam dunia kampus, banyak orang yang mengikrarkan dirinya sebagai mahasiswa, tentu tidak akan lepas dengan berbagai persoalan, baik internal maupun eksternal. Faktor internal bisa dikategorikan dengan kurang keberanian pada diri sendiri, keluarga yang kurang mendukung, dan lingkungan yang kurang bersahabat. Sedangkan eksternal bisa terjadi pada semua   persoalan yang ada dalam dunia akademik, seperti kurang respect terhadap orang baru, sulit mencerna dunia luar, dan lain sebagainya. Persoalan yang sedemikian banyak, sudah tidak bisa dihitung dengan jari, ternyata cukup mampu ditepis dengan keaktifan di organisasi. Kehadiran organisasi sebagai salah satu pilihan bagi mahasiswa untuk mengembangkan dirinya, sudah tidak perlu diragukan. Mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, mucul banyak organisasi dengan latar belakang kemunculan dan tujuannya, diperkenalkan kepada kita sebagai elemen dari instansi pendidikan tersebut. Di era sekarang, yang penu

Catatan untuk seorang perempuan yang berani berdiri diatas kakinya sendiri

Kartini, sosok perempuan hebat masa lalu Nama dan perjuangannya adalah sesuatu yang baru Perempuan cerdas dalam pusaran orang-orang yang tidak tahu Bergema, menentang budaya dan aturan yang kaku   Jiwanya memberontak terhadap sejarah yang mulai membeku Berdiri dan berlari, melawan arus untuk lebih maju Semuanya merupakan warisan besar untuk perempuan abad 21 Untuk itu, sebuah refleksi, apakah kita mampu untuk meniru   Perempuan abad 21, harus banyak memberi kontribusi Di kala semua orang terpaku pada ajaran yang sudah basi Perempuan layaknya kartini yang selalu menginspirasi Cahaya terang untuk semua kalangan lintas generasi Ia yang tidak mudah untuk didominasi oleh para laki-laki   Karya, adalah modal utama perempuan masa kini Cerdas dan visioner adalah sebuah visi Akhlakul karimah sebagai penunjang untuk lebih mumpuni Menuju perempuan berdaya dan mandiri yang punya harga diri Layaknya seorang ibu bernama kartini   Wahai para kartini baru, j

Perjuangan Perempuan Di Ranah Domestik Dalam Pandangan Feminisme Eksistensial Simone De Beauvoir

simone de beauvoir Perjuangan perempuan untuk menuntut hak-hak mereka sebagai manusia seutuhnya merupakan perlawanan terhadap pembagian kerja yang menetapkan kaum laki-laki sebagai pihak yang berkuasa dalam ranah publik. Maka dari itu, munculah feminisme sebagai gerakan sosial yang pada mulanya berangkat dari asumsi bahwa pada dasarnya kaum perempuan ditindas dan dieksploitasi, di mana melaluinya pula (feminisme) perempuan berusaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut. Feminisme menyoroti politik seksualitas dan domestik baik pada level personal maupun level publik. Gerakan perempuan secara perlahan tumbuh menjadi suatu kekuatan politik yang besar, menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika Utara, dan kemudian melahirkan aliran feminis radikal yang memperjuangkan aspirasinya melalui jalur kampanye serta demokrasi untuk membangun ruang dan kebudayaan perempuan. Selanjutnya, feminis sosialis lebih menekankan pada pembangunan aliansi dengan kelompok-kelompok dan kelas-kelas t